Kamis, 17 Maret 2022

Tujuan Apa? Pemekaran Provinsi di PAPUA.

====================
Ada wacana pemekaran wilayah di Indonesia. Sembilan provinsi baru itu adalah Tangerang Raya, Bogor Raya, Cirebon, Banyumasan, Daerah Istimewa Surakarta, Jawa Utara, Madura, Mataraman atau Jawa Selatan, dan Blambangan.

Pemerintah dengan tegas menolak pemekaran wilayah, pemerintah juga menjelaskan beberapa alasan.

Moratorium pemekaran DOB itu dilakukan karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dihasilkan oleh DOB masih rendah. Selain itu, kemampuan keuangan negara belum memungkinkan untuk menopang seluruh operasional yang dilakukan oleh DOB.

Alasan lainnya, kondisi fiskal nasional sedang difokuskan untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

Keuangan negara juga belum memungkinkan, terutama karena masih diperlukannya pembiayaan prioritas-prioritas pembangunan nasional yang bersifat strategis seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sumber daya manusia.

Sayangnya disisi lain, ada kebijakan kekhususan yang mendorong pemekaran wilayah Papua dengan empat RUU Papua Barat Daya, Papua Pegunungan Tengah, Papua Tengah, Papua Selatan.

#ToloDOB | #TolokOTSUS | #BakuTIPU


Minggu, 06 Maret 2022

Francis Kati yang menulis di website Uncen (6/12/2007) pemekaran kabupaten-kabupaten baru di Tanah Papua adalah impian para koruptor dan calon koruptor. Menurut saya, kesimpulan ini tidak hanya berlaku bagi pemekaran kabupaten tetapi juga pemekaran provinsi. Perlu ditambahkan pula bahwa para pelopor pemekaran ini adalah elit-elit lokal yang menggunakan koneksinya dengan elit-elit di Jakarta dan memanipulasi massa setempat untuk memperoleh atau mempertahankan kekuasaannya.

Coba simak siapa para pelopor pemekaran-pemekaran ini. Pada kasus Irian Jaya Barat, elite lokal itu adalah Bram Ataruri dan Jimmy Idjie yang memiliki hubungan dekat dengan elite PDIP dan Kepala BIN waktu itu yaitu Hendropriyono. Calon provinsi Papua Tengah dimotori oleh beberapa pejabat pemkab dan Bupati Nabire sendiri Drs. Anselmus Petrus Youw yang masa jabatannya akan berakhir (Cepos, 17/1/2007). Papua Barat Daya dimotori oleh mantan Sekda Papua yang pernah gagal menjadi gubernur pemekaran Irian Jaya Tengah Dortheus Asmuruf, mantan aktivis Presidium Dewan Papua (PDP) Don Flassy, ​​dan David Obaidiri (Cepos, 15/1/2007). Papua Selatan dimotori oleh Bupati Merauke dua periode John G. Gebze yang masa jabatannya juga akan berakhir. 

Dalam upaya memperoleh dukungan publik, alasan utama para pelopor pemekaran adalah memperpendek rentang kendali pemerintahan dan meningkatkan pelayanan publik. Pada kenyataannya tujuan pelayanan publik itu tidak pernah diperhatikan. Yang terjadi seperti kata Francis Kati yakni memperpendek rentang kendali korupsi, atau dengan kata lain meluaskan medan dan kemudahan korupsi.

Dengan membuat provinsi dan kabupaten baru, peluang baru jabatan gubernur bagi bupati-bupati yang sudah habis masa jabatannya terbuka. Dengan kabupaten-kabupaten baru para elit lokal Papua memiliki kesempatan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar. Peluang untuk menjadi anggota DPR provinsi dan kabupaten serta peluang menduduki jabatan-jabatan seperti kepala dinas, kepala biro dan kepala bagian juga terbuka. Bagi para anggota, pemekaran membuka peluang untuk menjadi pegawai negeri sipil. Bagi aparat, keamanan ada peluang untuk membuat struktur teritorial semacam Kodim baru, Polda baru, atau Polres baru.

Pemekaran tentunya menciptakan proyek-proyek infrastruktur: gedung-gedung kantor dan fasilitas pemerintah lainnya. Semua ini adalah proyek yang dinantikan karena peluang korupsi terbuka lebar. Akibat logistiknya, sebagian besar anggaran negara yang seharusnya digunakan untuk pelayanan masyarakat malahan untuk pembangunan fasilitas provinsi dan kabupaten yang baru. Dalam jangka pendek, anggaran pelayanan publik pasti akan terserap ke sana.

Produk dari pemekaran adalah tumbuhnya rumah mewah yang tersebar di kota-kota di tanah Papua dan bahkan di luar Papua yang merupakan milik para pejabat Papua dari provinsi dan kabupaten lama maupun yang baru hasil pemekaran. Mobil-mobil mewah edisi terbaru yang memenuhi jalan-jalan di Jayapura adalah juga milik pejabat pejabat baru itu. Korupsi di Papua dilakukan dengan sangat kasar dan terlalu mudah untuk membongkarnya bagi KPK. Hanya saja belum ada langkah signifikan ke arah sana.

Pemekaran hasilnya sangat merugikan masyarakat. Tetapi para pejabat Papua sangat pandai dalam membagi sebagian hasil korupsinya terutama pada konstituennya yang biasanya berasal dari suku atau klennya. Orang-orang yang mendapatkan bagian korupsi inilah yang siap untuk berdemo ke Jakarta atau ke Jayapura mengatasnamakan masyarakatnya. Dalam kekuasaannya, sebagian besar pejabat di Papua lebih bertindak sebagai orang besar atau kepala suku dalam pengertian daripada berperilaku sebagai pejabat modern. Uang negara disalahgunakan untuk diri sendiri dan menjaga loyalitas konstituennya (McGibbon, 2004).

Pemekaran juga mempertajam segregasi etnis di kelas orang asli Papua. Banyak proposal kabupaten baru yang dibuat oleh individu-individu dari kelompok suku atau etnis yang kalah bersaing di provinsi atau kabupaten yang lama. Dengan pemekaran persaingan ketat tidak diperlukan lagi karena biasanya kabupaten baru diisi oleh elit-elit lokalnya sendiri dan tertutup bagi kelompok etnis Papua lainnya. Bahkan di tingkat distrik pun permusuhan tradisional antarklen juga mendorong pemekaran distrik baru. Jika diberi peluang terus, fragmentasi di kalangan orang asli Papua akan semakin menguat seiring dengan berkembangbiaknya pemekaran.

Sementara elit Papua disibukkan oleh jabatan baru dan uang korupsi, pelayanan publik terabaikan. Yang tidak banyak disadari adalah bahwa peluang dominasi pendatang juga semakin besar. Sektor produksi, perdagangan dan jasa di daerah pemekaran pasti hanya dapat diisi oleh para pendatang yang lebih siap. Pos-pos pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keahlian segera dikuasai oleh pendatang. Banyak orang asli Papua, baik para elitnya maupun masyarakatnya, kecuali menjarah uang negara, pasti tidak akan diuntungkan dalam situasi seperti ini.

Di dalam pemekaran tidak ada obsesi pembangunan dalam arti sebenarnya. Para pejabat Papua pernah mengatakan bahwa uang negara yang dijarah tidak akan habis, seperti halnya persediaan sagu di hutan atau ikan di laut. Di dalam pemekaran ini tidak ada obsesi perlindungan dan pemberdayaan orang asli Papua. Jika anda membiarkan pemekaran terus berlangsung, cita-cita untuk menyejahterakan orang asli Papua. Yang terjadi hanyalah elit Papua dengan sesama orang asli Papua. Sementara itu peluang untuk maju dan bertahan dalam jangka menengah dan panjang tetap di tangan pendatang.

Sumber.Artikelmuridanpapua


Persoalan Papua itu kompleks, rumit dan sulit, serta berat dan tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan pemekaran, moncong senjata dan kesejahteraan. Kompleksitas, Kerumitan, dan kesulitan ini bisa dicari solusi yang bermartabat dan adil serta damai, kalau kita semua mengerti  13 akar persoalan Papua, yaitu : Rasisme, fasisme, kolonialisme, militerisme, imperialisme, kapitalisme, ketidakadilan, pelanggaran HAM, genosida, ekosida, marginalisasi, diskriminasi, status politik/sejarah penggabungan Papua ke wilayah Indonesia. 

Penyelesaian 13 akar soal ini harus inklusif,yaitu PBB, Amerika, Belanda, Indonesia dan Papua duduk bersama-sama. Karena, rakyat Papua korban karena konspirasi politik demi kepentingan sumber daya alam di Papua. 

Jadi, Negara tidak boleh bersembunyi dibalik mitos-mitos, stigma  dan label: OPM, KKB, Separatis, Makar, Teroris." 

(Gembala Dr. A.G.Socratez Yoman,MA). Ita Wakhu Purom, Minggu, 6 Maret 2022.


Selasa, 01 Maret 2022

DI WAMENA, NOKEN SAMBUT BAYI BARU LAHIR

Bagi Wanita Lembah Baliem Wamena, Wajib Hukumnya sumbang Noken kalao seorang bayi dilahirkan. Mereka bahkan sudaa merajut noken sejak bayi masi dalam kandungan sang ibu. Tradisi ini memiliki makna bahwa seorang bayi yang lahir polos tanpa busana ini harus dibungkus dengan noken sebagai tempat tidur dan untuk digendong saat beraktifitas. Seorang Ibu dianggap tidak tau adat kalo menjenguk bayi tanpa dibekali sebuah Noken.

 Noken merupakan warisan suku-suku yang termasuk ras Melanesia yang ada di tanah Papua. Setiap suku di Papua memberi nama sendiri untuk tas multifungsi ini ke dalam bahasa daerah masing-masing. Masyarakat Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya menyebut Noken dalam bahasa daerah adalah Su..

Layaknya wanita didunia yang menyukai tas,  tak terkecuali Wanita di Wamena. Para Wanita di wamena merasa tidak lengkap kalau tidak menggunakan noken atau su, pada saat mereka  melaksanakan acara- acara adat dan pesta pesta adat dan juga acara pernikahan wanita , bahkan kemanapun mereka pergi harus menggantungkan noken dikepala, karena jika mereka tidak menggunakan noken merasa  tidak lengkap. Inilah yang membuat wanita di wamena sangat identik dengan Noken atau Su,

Noken atau Tas tradisonal ini memiliki banyak manfaat bagi masyarakat Jayawijaya dan pegunungan tengah Papua, antara lain membawa hasil kebun, kayu api, atau ternak yang dipanen dari kebun untuk dijual di pasar atau sebaliknya. Pelajar dan mahasiswa juga banyak yang menggunakan Noken, berukuran kecil, untuk membawa buku dan alat tulis. Bahkan di era sekarang di Wilayah Pegunungan Papua, Noken menggantikan peran  kotak suara pada pemilihan Umum.

 Dari semua manfat Su tersebut yang paling penting bagi masyarakat Lembah Baliem Wamena adalah Su yang juga memiliki nilai budaya yang masih sangat tinggi dan melekat di wamena. Pada pesta adat tertentu Suh berperan penting sebagai alat barter atas sumbangan ternak babi yang diberikan keluarga pada pesta adat tersebut. 

Nilai budaya lainnya dari  Su atau Noken yang hingga saat ini masi berlaku bagi masyarakat Lembah Baliem Wamena adalah saat seorang bayi yang baru dilahirkan. Bagi masyarakat pribumi  Wamena wajib hukumnya kalo seorang bayi dilahirkan keluarga dari sang ayah dan ibu si bayi tersebut harus menyambut bayi itu dengan Suh atau Noken. Mereka bahkan suda mulai merajut  Su semenjak bayinya masih dalam kandungan si Ibu. Masyarakat wamena akan dianggap tidak tau malu dan tidak tau  adat jike menjenguk bayi tanpa membekali hadiah sebuah noken. Ini sebuah tradisi yang suda ditanamkan sejak moyang yang artinya seorang bayi yang baru lahir dengan polos dan tanpa busana ini harus di bungkus dalam Noken, sebagai tempat tidur, dan untuk digendong oleh sang ibu saat beraktifitas. Ketika masyarakat mendengar kabar jika keluarganya yang sedang hamil telah melahirkan, mereka akan menjenguk sambil membawa Suh atau Noken yang telah disiapkan sebelumnya. 

Su yang disumbang kelurga ini jumlahnya bisa mencapai 50 hingga 100 Noken bahkan lebih tergantung jumlah keluarga sang ayah dan ibu dari bayi baru lahir tersebut.

Lalu apa yang akan dilakukan setelah noken-noken ini terkumpul? tentu akan digunakan untuk mengisi bayi . Tapi sebelumnya sebagian dari Su ini akan diserahkan kepada keluarga bapak dari sang bayi yang oleh masyarakat wamena menyebutnya su korok. Korok (melepaskan dari gantungan) artinya melepas noken dari gantungan dan menyerahkan kepada keluarga sang aya dari si bayi, sebagai bentuk melepaskan beban. Korok harus diserahkan kepada keluarga ayah  bayi baru lahir tersebut tidak meneruskan marga atau fam kelurga Wanita melainkan keluarga laiki-laki sehingga Korok harus diserahkan kepada pihak laki-laki. Setelah  sebagaian dari noken atau suh tersebut dibagi sebagai Korok kepada keluarga  Selebihnya su yang telah disumbang keluarga digunakan sebagai tempat untuk mengisi  atau menggendong bayi.

Tradisi mengisi bayi kedalam noken atau suh tidak serta merta mengisi bayi tersebut kedalam noken tapi disini ada juga aturannya tersendiri.

Su yang terkumpul tersebut  selanjutnya akan dibagi menjadi 3 bagian untuk mengiisi bayi, masing-masing “Aleka, A Su” (tempat isi bayi), “salek”  Penutup Lapisan ke dua dan “Asu Lakulik” atau penutup paling luar. Ketiga lapisan ini masing-masing akan disisipkan 4 lembar Su.

4 noken Pada lapisan pertama atau yang disebut dengan Aleka Su / Asu akan disatuhkan dan  diikat sebagai tempat untuk mengisi bayi. sebelum mengisi bayi  pada bagian ini, dahulu sebelum adanya pemerintah akan disi daun pisang dan beberapa daun lain sebagai alas. Namun dierah saat ini, lapisan ini akan dimasukan kain dan bantal menggantikan daun pisang tersebut.

Sementara 4 Noken lainnya dilapisan ke 2 yang disebut Salek sama halnya dengan Aleka  Su, bagian ini juga  akan diikat jadi satu, tapi salek tidak bisa mengisi bayi, karena 4 lembar noken tadi  bukan disatukan layaknya 4 Su Pertama melankan disusun.

Selanjutnya Lapisan paling luar adalah Suh Lakulik. Bagian ini yang biasanya harus pilih Su atau noken yang warnanya menarik, bagian paling luar ini tidak bisa dipasang sembarang noken. Biasanya akan dipilih oleh para ibuh yang suda cukup berpengalaman untuk menentukan warna maupun kualitas dari noken tersebut,

Setelah dipilih empat Noken, sama halnya lapisan  pertama dan ke-2,  Lapisan ini juga akan diikat jadi satu. Tapi cara mengikatnya tidak seperti lapisan-lapisan sebelumnya. Caranya  setiap pegangan dari ke-4 noken tersebut akan dililit jadi satu sampe tidak kelihat bagian pangkal bawa sehingga orang awam akan sulit membedahkan bagian pangkal dan ujung atau pegangan dari Noken tersebut.

Dalam penggunaannya lapisan ini sewaktu-waktu bisa dirubah –penampilan luarnya. Dalam hal ini dari 4 noken pada lapisan ke-3 tersebut sang ibu dari si bayi sewaktu- waktu bisa gonta-ganti noken dengan warna yang berbeda setiap saat jika ingin menggantinya.

Setelah semua tahapan ini dilalui, selanjutnya si bayi baru lahir akan di sisi kedalam Su Noken sebagai tempat tidur tetapi juga sebagai tempat gendong saat sang ibuhnya beraktivitas. Cara menggendongnya bukan di lengan sebagaimana penggunaan tas modern melainkan di kepala. Dari kepala posisi noken menggantung ke bagian belakang dan posisi bayi persisi di bagian Punggung ibu. 

Meski saat ini masyarakat tidak lagi merajut Noken dari bahan alami (kulit beberapa jenis kayu) melainkan noken yang dirajut dari benang modern tapi Tradisi ini masih berlaku bagi masyarakat Bribumi Lembah baliem - Wamena. Keluarga akan mara jika seorang ibu yang menggendong anaknya tidak dengan Noken/ Su.  Naik Motor pun mama di Wamena tetap menggantung Su yang berisi bayi di kepala menggantung ke bagian punggung (Ronny Hisage)


AD BANNER

BTemplates.com

Kategori

AD BANNER

Aku Papua

Aku Papua

Izaak S Kijne

Izaak S Kijne

Firman Tuhan


"Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohoni, kamu mengucap syurkur kepada Allah di dalam hatimu"



" KOLOSE 3:16"


Post Top Ad

Your Ad Spot

Sponsor

test
Responsive Ads Here

Pengikut

Popular Posts