Minggu, 30 Oktober 2022

Hari ini terukir sejarah baru dalam sejarah gereja Katolik Papua.  Setelah Gereja Katolik masuk di tanah Papua pada 22 Mei 1894 (128 tahun), untuk pertama kalinya Uskup Orang Asli Papua, P. Dr. Yanuarius You MA, diumumkan oleh Tahta Suci Vatikan melalui Uskup Jayapura  sebagai Uskup baru Jayapura. Ia akan menggantikan Uskup Leo Laba Ladjar OFM yang telah memasuki usia pensiun sebagai Uskup. 

Terpilih Uskup Orang Papua merupakan doa dan harapan umat Katolik bahkan dedominasi Gereja di tanah Papua selama ini. Karena itu ketika diumumkannya Pastor Yanuarius You sebagai Uskup Jayapura oleh Bapa Uskup Leo Laba Ladjar OFM pada 29 Oktober sekitar pukul 19.00 waktu Papua, secara spontan umat Katolik Keuskupan Jayapura sontak teriak histeris disertai tangis haru. Banyak dari mereka terlontar kata-kata seperti, _Puji Tuhan, Terima Kasih Tuhan, Bunda Maria Terima Kasih, Terpujilah Tuhan dan seteruskan._ 

Ucapan selamat Kepada Uskup Baru banyak terbaca di media sosial. Uskup Terpilih ini bukan sembarang orang melainkan ia merupakan salah satu pastor senior yang lama hidup ditengah umat dipedalaman Papua hingga di paroki kota. Ia benar-benar pastor lapangan yang kaya dengan pelangalaman Pastoral. 

Setelah lama dilapangan sebagai pastor Paroki, pada 10 tahun belakangan ini, ia mulai focus dengan studi kemudian menjadi ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur (STFT FT). Ia melanjutkan jabatan sebelumnya yang telah ditinggalkan oleh P. Dr. Neles Tebay pada 2019.

Banyak pihak banyak di Papua dan Indonesia bertanya siapa sesungguhnya Uksup terpilih Keuskupan Jayapura, Mgr. Yanuarius You Pr? 

 *Bibiografi Uskup Terpilih Keuskupan Jayapura* 

Berikut ini kami rangkumkan Bibiografi singkatnya.

Yanuarius You dilahirkan di Uwebutu Paniai pada 1 Januari 1969, anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Lukas You dan Rosalina Tatogo. Ia menempuh pendidikan formal SD YPPK St. Don Bosco Uwebutu, SMP YPPK St. Fransiskus Assisi Epouto, SPG Taruan Bakti Waena, Sekolah Tinggi Teologi Katolik (STTK) (sekarang Sekolah Tinggi Filsafat Teologi-STFT) Fajar Timur, Program Magister Universitas Gadjah Mada, dan Program Pascasarjana Doktor Ilmu Sosial Universitas Cenderawasih.

Yanuarius You pernah bekerja sebagai pelayan umat di Paroki Kristus Sahabat Kita di Nabire. Ia menjadi figur guru di SMA Adiluhur Nabire selama tiga tahun dan Bapak Perintis Asrama Taruna Karsa Nabire. Ia berkarya di Paroki Sta. Maria Bintang Laut Kokonau (1983), Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire (1987-1990), Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli Manado (1986/1987), dan menjalani masa diakonat di Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire (1990-1991). 

Pada 16 Juni 1991, ia ditahbis menjadi pastor dengan tugas pertama sebagai Pastor Paroki Kristus Terang Dunia, Jiwika Kurulu Wamena sampai 1998. Ia menjadi Pastor Paroki St Wilbrodus Arso Keerom di perbatasan Indonesia dan Papua Newguinea serta menjadi Pastor Dekan (1998-2002). Ia mendapat tugas pelayan untuk melayani umat sebagai pastor Paroki di Katedral Kristus Raja dan Vikarius Jendral (Vikjen) di Keuskupan Jayapura (2002-2007).

Menapaki usia kepala empat ia menempuh pendidikan magister di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada selama dua tahun (2008-2010) dengan tesis berjudul "Efektifitas Pendidikan Seksualitas untuk Peningkatan Kontrol Diri atas Perilaku Seksual Bagi Remaja Seminari". Selama dua tahun itu pula, banyak pendidikan ekstra ia tempuh, yaitu: pelatihan jurnalistik oleh Lembaga Pelatihan Jurnalistik Bernas (LPJB), Pendidikan Seksualitas Remaja, kursus teknik pendampingan konseling, psikospiritual, aneka terapi psikologis, psikotes, dan statistik. 

Tidak cukup magister, ia menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana Doktor Ilmu Sosial Universitas Cenderawasih Jayapura (2015-2018) dengan disertasi berjudul “Laki-Laki Hubula dalam Perspektif Gender pada Masa Dulu dan Kini di Lembah Balim Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua."

Jabatan terakhir Sang Uskup terpilih, Dr. Drs. Yanuarius You, MA. adalah dosen Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur dan Sekolah Tinggi Pastoral Katektik (STPK) Yohanes Rasul Waena, pembina para calon imam Keuskupan Jayapura, dan sejak 2015 hingga 16 September 2019 menjadi Ketua Yayasan STTK Papua. Tugas terkini sejak September diangkat sebagai Ketua STFT Fajar Timur Abepura Papua.

Dengan semua perasaan haru dan syukur saya menyampaikan Selamat kepada Ninopase Kain Kok,  Yanuarius You Pr yang diangkap sebagai Uskup Keuskupan Jayapura. Setiap Orang Yang mengetuk Pintu dengan Setia Pintu Keselamatan akan dibukakan bagi mereka. Kini pintu itu telah terbuka bagi orang percaya, Waaaaaa Elalin Mage.🙏🏿

Markus Haluk
Tokoh Umat Katolik Papua
#copas

Sabtu, 15 Oktober 2022

Oscar Wilde (16 Oktober 1854 – 30 November 1900) adalah seorang novelis, dramawan, penyair, dan cerpenis asal Irlandia. Dikenal dengan selera humornya yang cerdas, ia merupakan salah satu penulis drama yang paling sukses pada akhir Era Victoria di London.

Di puncak ketenaran dan kesuksesannya, dengan karya drama The Importance of Being Earnest (1895) yang masih dimainkan di London, Oscaar dituduh dan dimasukkan penjara selama dua tahun atas kasus keterlibatan pencemaran nama baik dan ketidaksenonohan. Di penjara ia menulis De Profundis (ditulis pada tahun 1897 dan diterbitkan pada tahun 1905), sebuah surat panjang yang membahas perjalanan spiritualnya sebagai tahanan.

Setelah Oscar dibebaskan, ia meninggalkan Prancis segera, tidak pernah kembali ke Irlandia atau Inggris. Di sana ia menulis karya terakhirnya, The Ballad of Reading Gaol (1898), sebuah puisi panjang memperingati irama keras kehidupan penjara.

Oscar pernah mengatakan sebuah kalimat yang sangat baik untuk kita renungkan. Ia berkata, "Cara terbaik untuk menghargai pekerjaan kita adalah dengan membayangkan bagaimana diri kita tanpa pekerjaan itu."

Pernyataan ini sesungguhnya masih sangat relevan hingga hari ini. Bukankah sering sekali kita melihat orang-orang yang tadinya bersungut-sungut dalam pekerjaannya, tetapi ketika mereka keluar dari sana mereka lalu menyesal?

Mengharapkan sesuatu yang lebih baik adalah wajar, tetapi kemudian kita lupa mensyukuri apa yang ada. Kita lupa bahwa hidup ini adalah anugerah, dan apa yang kita miliki saat ini itu pun anegerah yang indah dari Allah. Kenapa begitu sulitnya kita mensyukuri apa yang ada saat ini?

Tuhan tetap menyertai kita dalam segala hal. Tidak ada yang harus kita takutkan. Yang harus kita lakukan adalah tetap mengucap syukur dalam segala keadaan yang kita alami. Daripada mengeluh, lebih baik jika kita mulai menghargai apa pun yang ada pada kita saat ini, termasuk pekerjaan kita. Bersungguh sungguhlah di dalamnya, lalu lihat bagaimana Tuhan mampu melipatgandakan semua itu.

"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18)


Kamis, 28 April 2022

Tak ada yang bisa menolak kematian. Saat kematian memasuki ruangan, semua kesenangan hilang. Kebahagian berganti menjadi duka. Awan hitam kegelapan menyelimuti setiap relung jiwa yang ditujunya. Dan sekali lagi tak ada yang bisa menghindarinya.

Rasa rindu menyelimuti hatiku yang sepi ini. Teringat kembali masa-masa kelam  saat bersamamu Enago, ada canda-tawa, nangis dan bertengkar. Mengenang sesuatu yang manis bercampur pahit. Biarkan ku simpan dalam memori hidupku.  Ya, tujuh hari sudah berlalu kau menghilang dari pandangku untuk selamanya.

Air mata ini seraya aliran sungai yang tak pasti di mana letak ujungnya. Bayanganmu seolah telah melekat pasti di dalam jiwa dan ragaku. Sampai di bawah batas kesadaranku pun aku tak mampu sama sekali untuk melupakanmu.

“wahai Enagoku…”
“apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?”
“hingga kau tega meninggalkan amo sendiri?”
“apa salahku?”
“katakanlah Enago Waee…”
“jika amo salah tegur amo”
“maafkan amo”
“mungkin hati kecilku, yang amat dalam terasa berat dengan perpisahan ini, namun semua rencana sudah terlanjur dan sudah diatur oleh Tuhan”

Sayang aee...!!
Apikopa wae, semoga Tuhan memberikan tempat yang layak disisiNya. Tiada yang kekal di bumi, sampai jumpa di waktunya Tuhan.

Amolee adalah Kalimat yang selalu Enago ucap dan akan ku ingat dan ku ingat selalu.

Koya uwiii...!!!
Noe Enago 😭😭


Minggu, 17 April 2022

Si Dodi di tempat keramat.

Aku Dodii...!!!

Apapun impiku akan aku impikan. 

Berjalan dng waktu. Ekonomi keluargaku semakin merosot, dan terfikir dibenakku, sebuah GOA tempat pertapaan yang banyak HANTU.

Singkat cerita...!!

Setiba di GOA tersebut, pertapaan pun di mulai. Tidak seberapa lama kemudian penghuni goa pun keluar dan menemui aku.

Kami pun berbincang.

Hantu: "Apa yang, bisa ku bantu?"

Dodii: "Aku kesini, untuk mencari kekayaan."

Hantu: "Aku, akan memberikan apapun yang kamu minta.

Asalkan kamu mau turuti kemauanku. (Syarat 2)

Dodii: "aku akan turuti kemauamu?"

Hantu: "Ini yang ku maksudkan." (tumbal).

Dodii: iya.

Dodii pun bergegas pergi dari tempat pertapaannya. Untuk mencari tumbal. Ia pun melewati Jurang terjang, Gunung-gunung, lembah-lembah serta Lautan pun ia sebrangi.

Di benaknya Dodii, Hanyalah TUMBAL (KADO) yang diminta dari si penjaga GOA.

Setiba di kota ia mengatur strategi untuk membunuh KORBAN yang tak BERSALAH, untuk di jadikan tumbal.

Sekian....!!!

#GoaHantuPuSETANmasukKOTA?

#KoBawaDatangUntukTongJadiTumbal?

#KoDatangUntukHABISKANkitaKha?


Kamis, 17 Maret 2022

Tujuan Apa? Pemekaran Provinsi di PAPUA.

====================
Ada wacana pemekaran wilayah di Indonesia. Sembilan provinsi baru itu adalah Tangerang Raya, Bogor Raya, Cirebon, Banyumasan, Daerah Istimewa Surakarta, Jawa Utara, Madura, Mataraman atau Jawa Selatan, dan Blambangan.

Pemerintah dengan tegas menolak pemekaran wilayah, pemerintah juga menjelaskan beberapa alasan.

Moratorium pemekaran DOB itu dilakukan karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dihasilkan oleh DOB masih rendah. Selain itu, kemampuan keuangan negara belum memungkinkan untuk menopang seluruh operasional yang dilakukan oleh DOB.

Alasan lainnya, kondisi fiskal nasional sedang difokuskan untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

Keuangan negara juga belum memungkinkan, terutama karena masih diperlukannya pembiayaan prioritas-prioritas pembangunan nasional yang bersifat strategis seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sumber daya manusia.

Sayangnya disisi lain, ada kebijakan kekhususan yang mendorong pemekaran wilayah Papua dengan empat RUU Papua Barat Daya, Papua Pegunungan Tengah, Papua Tengah, Papua Selatan.

#ToloDOB | #TolokOTSUS | #BakuTIPU


Minggu, 06 Maret 2022

Francis Kati yang menulis di website Uncen (6/12/2007) pemekaran kabupaten-kabupaten baru di Tanah Papua adalah impian para koruptor dan calon koruptor. Menurut saya, kesimpulan ini tidak hanya berlaku bagi pemekaran kabupaten tetapi juga pemekaran provinsi. Perlu ditambahkan pula bahwa para pelopor pemekaran ini adalah elit-elit lokal yang menggunakan koneksinya dengan elit-elit di Jakarta dan memanipulasi massa setempat untuk memperoleh atau mempertahankan kekuasaannya.

Coba simak siapa para pelopor pemekaran-pemekaran ini. Pada kasus Irian Jaya Barat, elite lokal itu adalah Bram Ataruri dan Jimmy Idjie yang memiliki hubungan dekat dengan elite PDIP dan Kepala BIN waktu itu yaitu Hendropriyono. Calon provinsi Papua Tengah dimotori oleh beberapa pejabat pemkab dan Bupati Nabire sendiri Drs. Anselmus Petrus Youw yang masa jabatannya akan berakhir (Cepos, 17/1/2007). Papua Barat Daya dimotori oleh mantan Sekda Papua yang pernah gagal menjadi gubernur pemekaran Irian Jaya Tengah Dortheus Asmuruf, mantan aktivis Presidium Dewan Papua (PDP) Don Flassy, ​​dan David Obaidiri (Cepos, 15/1/2007). Papua Selatan dimotori oleh Bupati Merauke dua periode John G. Gebze yang masa jabatannya juga akan berakhir. 

Dalam upaya memperoleh dukungan publik, alasan utama para pelopor pemekaran adalah memperpendek rentang kendali pemerintahan dan meningkatkan pelayanan publik. Pada kenyataannya tujuan pelayanan publik itu tidak pernah diperhatikan. Yang terjadi seperti kata Francis Kati yakni memperpendek rentang kendali korupsi, atau dengan kata lain meluaskan medan dan kemudahan korupsi.

Dengan membuat provinsi dan kabupaten baru, peluang baru jabatan gubernur bagi bupati-bupati yang sudah habis masa jabatannya terbuka. Dengan kabupaten-kabupaten baru para elit lokal Papua memiliki kesempatan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar. Peluang untuk menjadi anggota DPR provinsi dan kabupaten serta peluang menduduki jabatan-jabatan seperti kepala dinas, kepala biro dan kepala bagian juga terbuka. Bagi para anggota, pemekaran membuka peluang untuk menjadi pegawai negeri sipil. Bagi aparat, keamanan ada peluang untuk membuat struktur teritorial semacam Kodim baru, Polda baru, atau Polres baru.

Pemekaran tentunya menciptakan proyek-proyek infrastruktur: gedung-gedung kantor dan fasilitas pemerintah lainnya. Semua ini adalah proyek yang dinantikan karena peluang korupsi terbuka lebar. Akibat logistiknya, sebagian besar anggaran negara yang seharusnya digunakan untuk pelayanan masyarakat malahan untuk pembangunan fasilitas provinsi dan kabupaten yang baru. Dalam jangka pendek, anggaran pelayanan publik pasti akan terserap ke sana.

Produk dari pemekaran adalah tumbuhnya rumah mewah yang tersebar di kota-kota di tanah Papua dan bahkan di luar Papua yang merupakan milik para pejabat Papua dari provinsi dan kabupaten lama maupun yang baru hasil pemekaran. Mobil-mobil mewah edisi terbaru yang memenuhi jalan-jalan di Jayapura adalah juga milik pejabat pejabat baru itu. Korupsi di Papua dilakukan dengan sangat kasar dan terlalu mudah untuk membongkarnya bagi KPK. Hanya saja belum ada langkah signifikan ke arah sana.

Pemekaran hasilnya sangat merugikan masyarakat. Tetapi para pejabat Papua sangat pandai dalam membagi sebagian hasil korupsinya terutama pada konstituennya yang biasanya berasal dari suku atau klennya. Orang-orang yang mendapatkan bagian korupsi inilah yang siap untuk berdemo ke Jakarta atau ke Jayapura mengatasnamakan masyarakatnya. Dalam kekuasaannya, sebagian besar pejabat di Papua lebih bertindak sebagai orang besar atau kepala suku dalam pengertian daripada berperilaku sebagai pejabat modern. Uang negara disalahgunakan untuk diri sendiri dan menjaga loyalitas konstituennya (McGibbon, 2004).

Pemekaran juga mempertajam segregasi etnis di kelas orang asli Papua. Banyak proposal kabupaten baru yang dibuat oleh individu-individu dari kelompok suku atau etnis yang kalah bersaing di provinsi atau kabupaten yang lama. Dengan pemekaran persaingan ketat tidak diperlukan lagi karena biasanya kabupaten baru diisi oleh elit-elit lokalnya sendiri dan tertutup bagi kelompok etnis Papua lainnya. Bahkan di tingkat distrik pun permusuhan tradisional antarklen juga mendorong pemekaran distrik baru. Jika diberi peluang terus, fragmentasi di kalangan orang asli Papua akan semakin menguat seiring dengan berkembangbiaknya pemekaran.

Sementara elit Papua disibukkan oleh jabatan baru dan uang korupsi, pelayanan publik terabaikan. Yang tidak banyak disadari adalah bahwa peluang dominasi pendatang juga semakin besar. Sektor produksi, perdagangan dan jasa di daerah pemekaran pasti hanya dapat diisi oleh para pendatang yang lebih siap. Pos-pos pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keahlian segera dikuasai oleh pendatang. Banyak orang asli Papua, baik para elitnya maupun masyarakatnya, kecuali menjarah uang negara, pasti tidak akan diuntungkan dalam situasi seperti ini.

Di dalam pemekaran tidak ada obsesi pembangunan dalam arti sebenarnya. Para pejabat Papua pernah mengatakan bahwa uang negara yang dijarah tidak akan habis, seperti halnya persediaan sagu di hutan atau ikan di laut. Di dalam pemekaran ini tidak ada obsesi perlindungan dan pemberdayaan orang asli Papua. Jika anda membiarkan pemekaran terus berlangsung, cita-cita untuk menyejahterakan orang asli Papua. Yang terjadi hanyalah elit Papua dengan sesama orang asli Papua. Sementara itu peluang untuk maju dan bertahan dalam jangka menengah dan panjang tetap di tangan pendatang.

Sumber.Artikelmuridanpapua


Persoalan Papua itu kompleks, rumit dan sulit, serta berat dan tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan pemekaran, moncong senjata dan kesejahteraan. Kompleksitas, Kerumitan, dan kesulitan ini bisa dicari solusi yang bermartabat dan adil serta damai, kalau kita semua mengerti  13 akar persoalan Papua, yaitu : Rasisme, fasisme, kolonialisme, militerisme, imperialisme, kapitalisme, ketidakadilan, pelanggaran HAM, genosida, ekosida, marginalisasi, diskriminasi, status politik/sejarah penggabungan Papua ke wilayah Indonesia. 

Penyelesaian 13 akar soal ini harus inklusif,yaitu PBB, Amerika, Belanda, Indonesia dan Papua duduk bersama-sama. Karena, rakyat Papua korban karena konspirasi politik demi kepentingan sumber daya alam di Papua. 

Jadi, Negara tidak boleh bersembunyi dibalik mitos-mitos, stigma  dan label: OPM, KKB, Separatis, Makar, Teroris." 

(Gembala Dr. A.G.Socratez Yoman,MA). Ita Wakhu Purom, Minggu, 6 Maret 2022.


Selasa, 01 Maret 2022

DI WAMENA, NOKEN SAMBUT BAYI BARU LAHIR

Bagi Wanita Lembah Baliem Wamena, Wajib Hukumnya sumbang Noken kalao seorang bayi dilahirkan. Mereka bahkan sudaa merajut noken sejak bayi masi dalam kandungan sang ibu. Tradisi ini memiliki makna bahwa seorang bayi yang lahir polos tanpa busana ini harus dibungkus dengan noken sebagai tempat tidur dan untuk digendong saat beraktifitas. Seorang Ibu dianggap tidak tau adat kalo menjenguk bayi tanpa dibekali sebuah Noken.

 Noken merupakan warisan suku-suku yang termasuk ras Melanesia yang ada di tanah Papua. Setiap suku di Papua memberi nama sendiri untuk tas multifungsi ini ke dalam bahasa daerah masing-masing. Masyarakat Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya menyebut Noken dalam bahasa daerah adalah Su..

Layaknya wanita didunia yang menyukai tas,  tak terkecuali Wanita di Wamena. Para Wanita di wamena merasa tidak lengkap kalau tidak menggunakan noken atau su, pada saat mereka  melaksanakan acara- acara adat dan pesta pesta adat dan juga acara pernikahan wanita , bahkan kemanapun mereka pergi harus menggantungkan noken dikepala, karena jika mereka tidak menggunakan noken merasa  tidak lengkap. Inilah yang membuat wanita di wamena sangat identik dengan Noken atau Su,

Noken atau Tas tradisonal ini memiliki banyak manfaat bagi masyarakat Jayawijaya dan pegunungan tengah Papua, antara lain membawa hasil kebun, kayu api, atau ternak yang dipanen dari kebun untuk dijual di pasar atau sebaliknya. Pelajar dan mahasiswa juga banyak yang menggunakan Noken, berukuran kecil, untuk membawa buku dan alat tulis. Bahkan di era sekarang di Wilayah Pegunungan Papua, Noken menggantikan peran  kotak suara pada pemilihan Umum.

 Dari semua manfat Su tersebut yang paling penting bagi masyarakat Lembah Baliem Wamena adalah Su yang juga memiliki nilai budaya yang masih sangat tinggi dan melekat di wamena. Pada pesta adat tertentu Suh berperan penting sebagai alat barter atas sumbangan ternak babi yang diberikan keluarga pada pesta adat tersebut. 

Nilai budaya lainnya dari  Su atau Noken yang hingga saat ini masi berlaku bagi masyarakat Lembah Baliem Wamena adalah saat seorang bayi yang baru dilahirkan. Bagi masyarakat pribumi  Wamena wajib hukumnya kalo seorang bayi dilahirkan keluarga dari sang ayah dan ibu si bayi tersebut harus menyambut bayi itu dengan Suh atau Noken. Mereka bahkan suda mulai merajut  Su semenjak bayinya masih dalam kandungan si Ibu. Masyarakat wamena akan dianggap tidak tau malu dan tidak tau  adat jike menjenguk bayi tanpa membekali hadiah sebuah noken. Ini sebuah tradisi yang suda ditanamkan sejak moyang yang artinya seorang bayi yang baru lahir dengan polos dan tanpa busana ini harus di bungkus dalam Noken, sebagai tempat tidur, dan untuk digendong oleh sang ibu saat beraktifitas. Ketika masyarakat mendengar kabar jika keluarganya yang sedang hamil telah melahirkan, mereka akan menjenguk sambil membawa Suh atau Noken yang telah disiapkan sebelumnya. 

Su yang disumbang kelurga ini jumlahnya bisa mencapai 50 hingga 100 Noken bahkan lebih tergantung jumlah keluarga sang ayah dan ibu dari bayi baru lahir tersebut.

Lalu apa yang akan dilakukan setelah noken-noken ini terkumpul? tentu akan digunakan untuk mengisi bayi . Tapi sebelumnya sebagian dari Su ini akan diserahkan kepada keluarga bapak dari sang bayi yang oleh masyarakat wamena menyebutnya su korok. Korok (melepaskan dari gantungan) artinya melepas noken dari gantungan dan menyerahkan kepada keluarga sang aya dari si bayi, sebagai bentuk melepaskan beban. Korok harus diserahkan kepada keluarga ayah  bayi baru lahir tersebut tidak meneruskan marga atau fam kelurga Wanita melainkan keluarga laiki-laki sehingga Korok harus diserahkan kepada pihak laki-laki. Setelah  sebagaian dari noken atau suh tersebut dibagi sebagai Korok kepada keluarga  Selebihnya su yang telah disumbang keluarga digunakan sebagai tempat untuk mengisi  atau menggendong bayi.

Tradisi mengisi bayi kedalam noken atau suh tidak serta merta mengisi bayi tersebut kedalam noken tapi disini ada juga aturannya tersendiri.

Su yang terkumpul tersebut  selanjutnya akan dibagi menjadi 3 bagian untuk mengiisi bayi, masing-masing “Aleka, A Su” (tempat isi bayi), “salek”  Penutup Lapisan ke dua dan “Asu Lakulik” atau penutup paling luar. Ketiga lapisan ini masing-masing akan disisipkan 4 lembar Su.

4 noken Pada lapisan pertama atau yang disebut dengan Aleka Su / Asu akan disatuhkan dan  diikat sebagai tempat untuk mengisi bayi. sebelum mengisi bayi  pada bagian ini, dahulu sebelum adanya pemerintah akan disi daun pisang dan beberapa daun lain sebagai alas. Namun dierah saat ini, lapisan ini akan dimasukan kain dan bantal menggantikan daun pisang tersebut.

Sementara 4 Noken lainnya dilapisan ke 2 yang disebut Salek sama halnya dengan Aleka  Su, bagian ini juga  akan diikat jadi satu, tapi salek tidak bisa mengisi bayi, karena 4 lembar noken tadi  bukan disatukan layaknya 4 Su Pertama melankan disusun.

Selanjutnya Lapisan paling luar adalah Suh Lakulik. Bagian ini yang biasanya harus pilih Su atau noken yang warnanya menarik, bagian paling luar ini tidak bisa dipasang sembarang noken. Biasanya akan dipilih oleh para ibuh yang suda cukup berpengalaman untuk menentukan warna maupun kualitas dari noken tersebut,

Setelah dipilih empat Noken, sama halnya lapisan  pertama dan ke-2,  Lapisan ini juga akan diikat jadi satu. Tapi cara mengikatnya tidak seperti lapisan-lapisan sebelumnya. Caranya  setiap pegangan dari ke-4 noken tersebut akan dililit jadi satu sampe tidak kelihat bagian pangkal bawa sehingga orang awam akan sulit membedahkan bagian pangkal dan ujung atau pegangan dari Noken tersebut.

Dalam penggunaannya lapisan ini sewaktu-waktu bisa dirubah –penampilan luarnya. Dalam hal ini dari 4 noken pada lapisan ke-3 tersebut sang ibu dari si bayi sewaktu- waktu bisa gonta-ganti noken dengan warna yang berbeda setiap saat jika ingin menggantinya.

Setelah semua tahapan ini dilalui, selanjutnya si bayi baru lahir akan di sisi kedalam Su Noken sebagai tempat tidur tetapi juga sebagai tempat gendong saat sang ibuhnya beraktivitas. Cara menggendongnya bukan di lengan sebagaimana penggunaan tas modern melainkan di kepala. Dari kepala posisi noken menggantung ke bagian belakang dan posisi bayi persisi di bagian Punggung ibu. 

Meski saat ini masyarakat tidak lagi merajut Noken dari bahan alami (kulit beberapa jenis kayu) melainkan noken yang dirajut dari benang modern tapi Tradisi ini masih berlaku bagi masyarakat Bribumi Lembah baliem - Wamena. Keluarga akan mara jika seorang ibu yang menggendong anaknya tidak dengan Noken/ Su.  Naik Motor pun mama di Wamena tetap menggantung Su yang berisi bayi di kepala menggantung ke bagian punggung (Ronny Hisage)


Minggu, 27 Februari 2022

 

Mengenang Sosok Kelly Kualik (KK)


Pada Rabu 16 Desember 2009 dinihari sebelum pukul 3.00 Panglima TPN/OPM Kodap III Nemangkawi (Mimika) Kelly Kwalik (KK) mungkin sedang tidur pulas. Ia berada di sebuah rumah di kawasan yang disebut Gorong-gorong di pinggiran Timika. Kehadirannya tampaknya sudah tercium oleh polisi. Densus 88 menyerbu rumah tersebut dan menembak mati KK yang sudah dicari oleh aparat sejak puluhan tahun lalu. Lima orang yang bersamanya ditahan di Mako Brimob Timika.

Jenazahnya diotopsi di Jayapura dan disemayamkan di depan kantor DPRD Mimika pada 19 Januari 2009. Peti jenazah diselimuti bendera Bintang Kejora. ribuan massa asal pegunungan, terutama Amungme, menyambutnya dengan perhatian dan mendalam yang mendalam. Di mata orang Papua, KK adalah pejuang OPM murni. Dia menjadi simbol perlawanan Papua yang liat, keras kepala, partikularistik, dan tak-ada-matinya meskipun berhadapan dengan letupan senjata selama umur konflik Papua sejak 1960an. Seorang Amungme mengatakan, “Masih akan banyak lagi Kwalik-Kwalik baru yang muncul...”

Media umumnya menggambarkan KK sebagai pemimpin OPM yang bertanggung jawab atas rentetan kekerasan di Mimika, terutama pada kasus penembakan di areal Freeport mile 62-63 pada 2002 dan pada kasus rentetan penembakan pada Juli 2009 yang baru lalu. Saya sendiri ragu apakah KK terlibat langsung pada kedua peristiwa tersebut. Kapolda Papua sebelumnya secara eksplisit mengatakan bahwa OPM khususnya kelompok KK tidak terlibat pada kasus yang terakhir. Video klip yang diputar oleh pihak Kodam XVII Trikora yang berisi pernyataan KK dilupakan stock shot tahun 2006.

KK tumbuh sebagai seorang Amungme yang dididik oleh pendidikan Katolik di Agimuga. Tempat ini merupakan pemukiman baru Amungme yang eksodus dari dataran tinggi di sekitar areal Freeport semacam Tsinga, Hoea, dan Noema pada sekitar 1958. Dari sini, KK sekolah dan tamat SPG di Jayapura pada paruh kedua 1970an. Ketika gejolak politik 1977 meletus, KK baru bergabung dan berada di bawah komando pemimpin OPM Boni “Nayan” Niwilinggame. Sejak itu KK tumbuh menjadi gerilyawan Amungme terkemuka.

Sebenarnya, nama KK mencuat tinggi pada awal 1996 di Mapnduma ketika kelompoknya menyandera Tim Ekspedisi Lorentz '95 yang terdiri dari Biological Science Club Universitas Nasional Jakarta dan Emmanuel College dari Cambridge University Inggris. Pada saat hendak kembali, mereka disandera. KK menuntut agar dunia internasional mengakui kemerdekaan Papua. Drama tersebut berlangsung sejak pertengahan Januari dan berakhir pada pertengahan Mei 1996 oleh operasi ABRI. Akibat bagi warga Amungme sangat buruk. ABRI menyisir kampung sekitar Bela dan Alama mencari pasukan KK dan korban kekerasan berjatuhan di pihak warga sipil Amungme pada sekitar 1997.

Sejak Konggres Papua II 2000 di Jayapura, perjuangan Papua merdeka akan diputuskan dengan jalan damai atau dengan kata lain dialog. Rumor berkembang bahwa kelompok-kelompok OPM di hutan, termasuk KK, mendukung jalan damai dan tidak akan lagi menggunakan kekerasan. Pada tahun-tahun berikutnya, kekerasan akut di Papua ternyata tidak berhenti. Pelakunya biasanya adalah kelompok yang tak dikenal. Pihak negara, terutama cenderung cenderung menuduh OPM sebagai pelaku. Sebaliknya, pihak masyarakat Papua, terutama yang kritis terhadap pemerintah, mencurigai bahwa pelakunya adalah dari kalangan militer Indonesia. Tidak ada yang dapat dipastikan kecuali bahwa kekerasan tetap direproduksi. Seperti suatu siklus...

Prinsip, cara pandang dan penanganan penanganan di Papua terjebak dalam paradigma separatisme. Penuh dengan rumor, intrik, memanfaatkan kepentingan ekonomi terselubung, yang tersembunyi secara nasionalisme dengan jargon sempit baik di pihak negara maupun di pihak Papua. Yang satu “NKRI harga mati”, yang lain “merdeka harga mati”. Fakta terkubur dan akal sehat memajal. Maka setiap kali konflik meletus, selalu ada yang harus mati. acaranya komunikasi politik ikut mati. Kepercayaan juga mati.

Beberapa bagian dominan dari Republik kita masih percaya bahwa represi dan kekerasan negara dapat menyelesaikan konflik Papua atau setidaknya membuat orang Papua berhenti melawan negara. Buktinya selama 40 tahun terakhir paradigma ini terbukti gagal tanpa syarat. Kita Indonesia-termasuk-Papua dipaksa dan dijebak ke dalam siklus kekerasan di antara kita sendiri. Sejarah tak hentinya mencatat lembaran hitam Arnold Ap, Thomas Wanggai, Theys Eluay, Opinus Tabuni, dan banyak lagi. Kini kita tambah lagi dengan KK.

Kita akan menghargai sejarah yang membuat perih dan berat, sarat dengan kebencian dan kebencian. Memoria Passionis...

Foto 1: Kelly berpidato pada 8/5/1996 di Mapnduma (Daniel Start, 1997)
Foto 2: Berdiri: Silas, KK, dan dua kawannya. Jongkok: Murip dan Yudas. (Ibid)
Foto 3: Salah seorang prajurit Kodap III OPM Menangkawi (Mimika)(Ibid) 
Sumber: http://muridan-papua.blogspot.com/2008/11/?m=0

Selasa, 25 Januari 2022

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Ibrani 11:1

Sebagai umat Kristen kita diminta untuk dapat melihat segala sesuatu dengan “kacamata” Allah. Dengan melihat segalanya dari sudut pandang Tuhan, maka kita dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam hidup kita. Tidak ada segala sesuatu yang terjadi tanpa seijin Tuhan. Dan tidak ada sesuatu terjadi hanya kebetulan saja. Tuhan selalu punya rencana dalam setiap hal yang kita alami. Dan Dia selalu menyediakan yang terbaik bagi hidup kita.

Tetapi tidak demikian yang terjadi dalam banyak kehidupan umat Kristen. Banyak yang selalu protes akan apa yang sedang mereka alami. Timbul berbagai pertanyaan mengapa hal ini terjadi, mengapa hal itu terjadi, mengapa Tuhan ijinkan semuanya dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul ketika segalanya tidak berjalan seperti yang kita harapkan.

Dalam keadaan seperti ini kita seakan hanya dapat melihat ada tembok besar yang menghalangi langkah hidup kita. Tidak ada jalan keluar lagi dan segalanya sudah menjadi berantakan. Kita tidak mengerti bahwa sebenarnya ada berkat yang Tuhan sediakan di balik tembok tersebut. Kita harus mengalami terobosan agar dapat meraih berkat yang telah tersedia.

Lalu bagaimana kita dapat mengalami terobosan dan melihat bahwa Tuhan telah menyediakan yang terbaik bagi hidup kita?


1. Melihat Dengan Mata Iman

“Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.” Ibrani 11:11

Abraham sadar bahwa secara fisik dia dan istrinya sudah tidak mungkin lagi memiliki anak, karena sudah lanjut usia. Tetapi dia belajar melihat dengan mata imannya bahwa Tuhan sanggup menggenapi apa yang telah dijanjikanNya. Dan Tuhan tidak lalai menepati janjiNya kepada Abraham untuk memberikan seorang anak.

Abraham mengandalkan imannya untuk melihat apa yang Tuhan sediakan jauh di depannya, sehingga ia memperoleh apa yang telah dijanjikan kepadanya.


2. Bangkit Dari Keterpurukan

“Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.” 1 Raja-raja 19:8

Setelah mengalahkan empat ratus lima puluh orang nabi-nabi baal, Nabi Elia mendapatkan ancaman oleh Izebel. Izebel sangat marah atas perbuatan Elia dan ingin membalasnya. Elia menjadi sangat ketakutan dan kabur ke padang gurun. Di sana ia merasa putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Tetapi Tuhan mengirimkan malaikatNya untuk menolong dia. Tuhan menyampaikan pesanNya agar Elia bangun dan bangkit dari keterpurukannya. Dia menyelesaikan tugas-tugas besar yang Tuhan sediakan baginya. Dia tidak mau terintimidasi dengan ancaman tersebut.

Menyadari apa yang Tuhan sediakan di balik setiap masalah yang kita alami tidaklah cukup. Kita harus bangkit dari keterpurukan. Kita harus bangkit dari kesedihan, kekecewaan, sakit hati dan keputus-asaan yang kita alami.

Lepaskan dan tinggalkan segala perasaan tersebut, bangun dan bangkit untuk meraih berkat yang Tuhan sediakan bagi kita. Ada perkara besar yang telah Tuhan sediakan bagi kita yang mau bangkit.


3. Raih Janji Tuhan Dengan Iman

“dan berkata kepada segenap umat Israel: “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” Bilangan 14:7-8

Ketika Bangsa Israel akan memasuki Tanah Perjanjian, mereka mengirim dua belas orang pengintai untuk melihat keadaan di sana. Setelah mengintai, sepuluh orang mengatakan bahwa negeri tersebut diduduki oleh para raksasa, dan tidak mungkin dapat dikalahkan (Bilangan 13:32-33). Hanya dua orang pengintai, yaitu Yosua dan Kaleb, yang tetap berkeyakinan bahwa Tuhan pasti akan membawa mereka masuk ke Tanah Perjanjian dan merebutnya dari tangan musuh.

Tuhan telah menyediakan berkatNya bagi kita. Walau demikian ada rintangan-rintangan yang memang harus kita lalui. Tidak sedikit dari rintangan tersebut yang membawa kita kepada duka. Tetapi Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita.

Bangsa Israel dibawa berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun bukanlah tanpa maksud. Tuhan mengajar banyak hal kepada Bangsa Israel. Demikian pula dengan kehidupan kita. Tuhan sedang mengajar kita dalam berbagai masalah yang kita hadapi. Tuhan ingin agar kita dapat terus melihat janjiNya dan percaya bahwa Dia akan memberikannya kepada kita. Dan Tuhan ingin agar kita pergi meraih janji yang telah disediakan tersebut.

Jangan takut akan berbagai rintangan yang ada. Percayalah bahwa tangan Tuhan akan menuntun kita kepada kemenangan. Yakinlah bahwa Tuhan selalu menolong kita. Lihat janji Tuhan dengan mata iman, bangkit dari keterpurukan dan raih janji Tuhan dengan iman. Haleluya!

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8:28

Sumber: https://www.pelitahidup.com/2013/11/12/terobosan-iman-meraih-janji-tuhan/



AD BANNER

BTemplates.com

Kategori

AD BANNER

Aku Papua

Aku Papua

Izaak S Kijne

Izaak S Kijne

Firman Tuhan


"Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohoni, kamu mengucap syurkur kepada Allah di dalam hatimu"



" KOLOSE 3:16"


Post Top Ad

Your Ad Spot

Sponsor

test
Responsive Ads Here

Pengikut

Popular Posts