Jumat, 27 Agustus 2021

Pada tahun 1955 lahirlah seorang anak lelaki di Lembah Jila, Timika West Papua. Ia berasal dari Suku Amungme, salah satu suku yang hidup di pengunungan tepat di daerah operasi penambangan emas dan tembaga PT.FREEPORT. Sejak kecil, anak lelaki ini hidup seperti anak west papua lainnya, ia menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di Distrik Agimuga, melanjutkan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kokonau, namun saat di Sekolah Menegah Pertama (SMP) sekolahnya tak kunjung selesai. Kemudian, pada tahun 1973 dia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Guru Bawah (SGB), sekarang dikenal dengan SPG/SMU (Sekolah Pendidikan Guru/Umum) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik Taruna Bakti Waena Jayapura. SGB selesai tahun 1974. Awal Januari 1975, dia kembali ke distrik agimuga dan tak melanjutkan ke Sekolah Guru Atas (SGA). Di sana dia hidup menjadi seorang guru selama setahun. Bulan Desember 1976, ia bergabung ke Markas Besar Victoria Waris Kabupaten Keerom, Kabinet Pemerintahan Revolusioner 1 Juli 1971 di bawah kepemimpinan Zet Rumkorem dan Jacob Pray. Sejak itu, ia hidup dan berjuang di hutan belantara selama puluhan tahun. Ia pernah berjalan kaki lebih dari lima bulan bersama pasukannya, melalui rute Wamena, Ilaga dan sampailah ke tanah Amungsa Timika West Papua, Markas Besar Victoria Waris untuk dilantik dan dikukuhkan sebagai Wakil Panglima KODAP (Komandan Daerah Perang) III (1975-1979) Nemangkawi Timika West Papua. Pada saat yang sama, turut dilantik tujuh KODAP lainnya. Ia kemudian menjabat Panglima KODAP III dari tahun 1980 sampai 2007 dan terakhir menjadi Panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat/Organisasi Papua Merdeka (TPN-PB/OPM). Pada 1977, militer Indonesia melakukan operasi besar di Distrik Agimuga sampai ke pedalaman suku Amungme. Di tahun yang sama, militer indonesia juga melakukan operasi ke kabupaten Jayawijaya dan daerah-daerah di Pegunungan Tengah (Operasi Koteka). Sejak itu, perjuangannya semakin keras karena menyaksikan banyak warga West Papua yang menjadi korban dari operasi militer dan banyak juga warga West Papua yang lari ke hutan karena terancam hidupnya kemudian meninggal karena kekurangan makanan dan obat-obatan. Dalam situasi itu, ia tak bisa diam. Ia protes dan memimpin aksi perlawanan terbuka kepada Militer Indonesia dan PT.Freeport, yaitu melakukan aksi pemotongan pipa aliran tembaga yang mengalir dari Grasberg Tembagapura ke Porsite. Ia pun dengan berani melayangkan surat resmi ke pimpinan militer Indonesia, yang isinya mengajukan lokasi dan waktu perang agar tak ada lagi korban terhadap warga West Papua. Namun, surat itu ditolak dan korban pun terus berjatuhan. Namanya mencuat ke tingkat nasional dan internasional setelah menyandera Tim Ekspedisi Lorentz '95 di Mapenduma West Papua pada tahun 1996. Tim Ekspedisi Lorentz '95 adalah para peneliti dari Biological Science Club Universitas Nasional Jakarta Dan Emmanuel College, Cambridge University, Inggris. Mereka disandera selama sekitar enam bulan di hutan agar dunia mengakui kemerdekan West Papua yang telah merdeka selama 19 hari (1 desember 1961 - 19 desember 1961). Sosoknya pun kemudian dikenal melalui kesaksian seorang peneliti yang dibebaskan, dalam sebuah buku sandera: 130 hari terperangkap di Mapenduma (Pustaka Sinar Harapan, 1997). Kepada penulis Ray Rizal dan Nina Pane, Adinda Arimbi Saraswati menuturkan kesaksiannya hidup dan tinggal di camp persembunyian TPN-PB/OPM. Penuturan Arimbi, mengungkapkan sosok dari Panglima TPN-PB/OPM dengan karakter dan keunikan personal. Tak hanya terkesan sosok menakutkan, tapi juga Pangilma yang penuh wibawa dan kadang tertutur kekocakan para peneliti terhadap pribadinya. Setelah penyanderaan selesai, ia menjadi target operasi militer Indonesia. Bahkan, dianggap sebagai aktor utama sejumlah peristiwa penembakan dan kekerasan yang terjadi di West Papua, terutama di wilayah PT Freeport, Timika West Papua. Seperti penembakan dua guru warga negara Amerika di Mile 62-63 pada 2002, dirinya dituduh sebagai aktor dibalik peristiwa itu, namun ia menolak tuduhan dan menyatakan tidak bertanggung jawab atas insiden penembakan tersebut. Kemudian Juli 2009, sosoknya menjadi kontroversial pada peristiwa penembakan warga Australia dan beberapa orang sipil di areal konsensi PT. Freeport. Irjen FX Bagus Ekodanto, Kapolda Papua waktu itu, bertemu dengan dia dan hasil pertemuan itu diungkapkan bahwa ia bukanlah pelakunya. Namun saat seminar yang diadakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Pangdam XII Cendrawasih pada saat menyampaikan materi seminar mengatakan bahwa dia yang menjadi pelaku penembakan itu. Dan penembakan di bulan Oktober 2009 terjadi untuk terakhir kali tahun ini di wilayah tambang PT Freeport. Rabu, 16 Desember 2009, jam 03.00 Waktu West Papua, dia tewas tertembus sekitar empat peluru oleh Tim Densus 88. Di saat itu, dia dalam kondisi yang lemah. Dalam beberapa bulan terakhir, dia sebenarnya sedang menjalani proses pengobatan. Ketika ia disergap, ia berada di sebuah rumah warga dan ditemani beberapa orang warga sipil, yang diantaranya terdapat kerabatnya Pertemuan menjelang hari raya Natal itu adalah saat terakhir bagi sang Panglima TPN-PB/OPM. Kematiannya telah menggoreskan luka mendalam bagi rakyat Bangsa West Papua. Lonceng kebahagiaan Natal kali ini menjadi lonceng kematian seorang pemimpin besar dan terhormat, yang dikenal sangat humanis dan berani memperjuangkan keadilan di tanah Papua. Uskup Keuskupan Timika, Jayapura, Mgr. Philip Saklil Pr di depan jenazah mendaraskan doa dan kesaksiannya, “Dia memperjuangkan kemiskinan di tengah hutan bersama dinginnya udara, bukan di hotel-hotel berbintang” (Koran Tempo, 22 Desember 2009). Menurut Uskup Philip Saklil, selama 30 tahun lebih dia tetap konsisten memperjuangkan komitmennya melawan ketidakadilan dan perampasan hak-hak warga Papua. Bagi rakyat West Papua, kematiannya itu mengukir kembali memoria passionis (ingatan penderitaan) bagi bangsa Papua. Semasa di dalam perjuangan, dia pernah mengungkapkan sebuah doa kepada seorang pemuda aktivis Papua yang sangat dekat dengannya. Doa ini juga untuk mengantarkannya ke alam keabadian dengan tenang dan damai. Seorang aktivis Papua itu menuliskan ungkapan doanya tersebut demikian: “Selama 34 tahun ku bertahan di hutan belantara, ku daki bukit-gunung; ku lalui lembah, rawa; ku menyeberang kali, danau, sungai dan laut, ku tahan terik panas walaupun membakar kulit, ku tahan dingin dan bekunya tubuhku karena salju abadi warisan leluhurku hanya karena satu tekat, yakni demi tegaknya keadilan, kebenaran, kasih dan perdamaian di atas tanah leluhurku. Kini aku berseru dan berdoa sebelum kelak aku menghembuskan nafasku “Tuhanku bawalah pergi semua emas, tembaga, minyak, gas, ikan, semua tumbuhan dan hewan yang membuat pulau ini menjadi kaya. Dan berilah kami kembali hak KEMERDEKAAN itu. Orang-orang ini, mereka butuh semua yang Engkau taruh di tanah ini; tetapi semua barang ini bukanlah yang pernah, sedang atau akan minta padaMu. Bawa pergi semuanya dari tanah ini ke negeri mereka masing-masing dan berilah kami apa yang kami mintakan dari kemarin, sekarang, sampai besok juga kalau perlu.” Semoga doa ini didengar oleh bangsa dan pemerintah Indonesia, untuk kehidupan yang damai dan tenang di tanah Papua. Selamat jalan pejuang keadilan. Selamat jalan Tuan Jenderal. Tinggallah dalam Damai, Rest in Peace! Siapakah dia? Bagaimana masa depan Papua pasca kematiannya? Bagaimana nilai-nilai perjuangannya? Apakah memberikan inspirasi kepada perjuangan Papua selanjutnya? Dia adalah Keletus Kelly Kulalok Kwalik, rakyat Papua memanggilnya Tuan Jenderal Kelly Kwalik (Umeki Kwalik).

Minggu, 15 Agustus 2021



Alam Papua sangat indah, dipandang dan ditelusuri. Sinar mentari pagi tersenyum manis, semanis coklat, tetesan embun masih membekas di antara rimbunan tumbuhan. Dalam kekosongan jiwa ada kekosongan raga, otakku terus berfikir saat ku lihat langit biru, menatap awan putih yang bersih. Sungguh nikmatnya saat panca indra ini dapat selalu merasakan karunia Tuhan, kenikmatan yang tak dapat tergantikan. Entah mengapa ada yang berbeda di hari minggu ini, tak pernah kubayangkan saat membuka mata ada nuansa dan pengalaman baru di tempat ini. Akankah ini bertahan lama? Selalu berdo'a dan berharap untuk mewujudkan semuanya.

Tersadar dalam anganku ketika telephoneku berdering, ku baca pesan singkat WA yang masuk, Keponakanku (None) mengundang berlibur ke Air terjun untuk menghabiskan waktu liburan hari ini. Riang bukan kepalang tanpa berfikir panjang kuiyakan ajakannya. Bergegas kumenyiapkan segala perlengkapan untuk segera berangkat

Tak butuh waktu lama kami siap untuk berangkat ke tempat tujuan. Tempat ini merupakan tempat favorit dijadikan pusat rekreasi para penduduk Nabire. Kota kecil dengan penduduknya yang rukun, ramah dan damai itulah prinsip mereka, tidak ada perselisihan antara sesama, kota yang didiami berbagai suku etnis ibaratkan Nusantara kecil di negara ini.

Memasuki komplek perumahan warga, sangat terasa suasana kemewahan di tempat ini, dibandingkan dengan perkembangan di pusat kota, mobil mewah di setiap rumah, kondisi bangunan yang kokoh dan megah. Setibanya ku di tempat berenang. Canda tawa penuh keceriaan terlihat dari ekspresi kita seperti tak ada beban yang kita rasakan.

Keakraban antara kami seperti keluarga yang tak ada jarak batasnya, aku anggap mereka adalah keluarga terbaikku yang aku miliki. 

Entah berapa menit kemudian datang seorang senior kebetulan beliau juga akrab dengan kami, suasana semakin ramai berkumpul bersama di hari Minggu bersama keluarga, menghabiskan waktu untuk saling berbagi dan potret bersama.

Waktu menunjukkan pukul 12.00 WPB, kami juga sudah terlihat lelah setelah lama menenggelamkan tubuhnya di air terjun. Kami bersiap bergegas untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Setelah berenang ada sesuatu yang harus dilakukan sebelum melanjutkann perjalanan, karna ada suara berteriak dari dalam diri, yaitu perut yang mulai bergemuruh untuk segera di isi bahan bakarnya. Kami sepakat untuk makan di sebuah rumah makan yang terkenal dengan kelezatannya (Ikan Bakar ala Laggari).

Perut sudah terisi kenikmatan duniawi, mengucap syukur atas apa yang kudapatkan hari ini. Perjalanan kami lanjutkan menuju ke istana masing-masing.

"Membosankan Melelahkan namun ada Keceriaan, perjalanan hari ini." Minggu 08-08-21. 
Sekian 🙏🏿

 Burung merpati adalah burung yang sering dijadikan lambang cinta, perdamaian, kesucian dan kelemahlembutan. Roh Kudus pun sering dilambangkan dengan burung merpati. Ketika Yesus selesai dibaptis, Roh Kudus turun ke atas-Nya dalam bentuk burung merpati. Peristiwa ini melambangkan bahwa Roh yang turun ke atas Yesus adalah Roh yang suci dan tanpa cela.

Kisah burung merpati juga dijumpai di dalam peristiwa air bah. Ketika bumi tertutup oleh air untuk suatu waktu, Nuh ingin melihat apakah ada daratan yang sudah kering, sehingga ia melepaskan sebuah burung merpati yang akhirnya kembali dengan membawa sehelai daun zaitun yang segar dalam paruhnya. Secara simbolik, kisah burung merpati itu menunjukkan bahwa Allah menyatakan perdamaian kepada manusia setelah air bah membersihkan kejahatan dari muka bumi.

Ada beberapa filosofi yang dapat kita pelajari dari burung merpati.

Pertama, burung merpati adalah burung yang setia terhadap pasangannya. Berbeda dengan beberapa hewan ataupun burung yang berganti-ganti pasangan untuk berkembang biak, merpati adalah burung yang setia terhadap pasangannya. Pasangan burung merpati biasanya satu untuk seumur hidupnya. Itulah alasan mengapa merpati kerap dijadikan sebagai lambang kesetiaan dalam hubungan.

Kedua, burung merpati adalah burung yang tahu kemana dia harus pulang. Betapa pun merpati terbang jauh, dia tidak pernah tersesat untuk pulang. Pernahkah ada merpati yang pulang ke rumah lain? Jawabannya adalah "tidak!"

Ketiga, burung merpati adalah burung yang romantis. Coba perhatikan ketika sang jantan bertalu-talu memberikan pujian, sementara sang betina tertunduk malu. Pernahkah kita melihat mereka saling mencaci? Jawabannya, "tidak!"

Keempat, burung merpati tahu betul bagaimana membangun sebuah kerjasama. Hal ini terlihat ketika sepasang merpati bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina silih berganti membawa ranting untuk sarang anak-anak mereka. Jika sang betina mengerami, sang jantan berjaga diluar kandang. Jika sang betina kelelahan, sang jantan gantian mengerami dan merawat anak mereka.

Kelima, burung merpati adalah burung yang tidak mempunyai empedu, sehingga merpati tidak menyimpan "kepahitan-kepahitan" dalam hidupnya. Hal ini memiliki makna bahwa seseorang yang tidak memendam kepahitan dalam hidupnya, berarti dia adalah orang yang tidak menyimpan dendam terhadap siapa pun.

Sudahkah kita setia seperti burung merpati? Sudahkah kita menghargai sesama kita? Sudahkah kita memaafkan untuk setiap kesalahan sesama kita?

Jika seekor burung merpati bisa melakukannya, mengapa manusia tidak bisa? Hidup itu indah jika kita saling mengerti, berbagi dan menghargai.


Sabtu, 14 Agustus 2021

Layaknya kamera yang hasilnya bergantung pada apa yang kita fokuskan, begitupun kehidupan. Kita bisa memfokuskannya untuk memotret hal-hal yang baik, juga bisa untuk menangkap hal-hal yang buruk.

Jadi, pilihannya tergantung kita, apa yang mau kita lihat dan apa yang mau kita fokuskan dalam hidup ini?

Jika kita mampu memotret dan berfokus kepada hal-hal yang baik dan indah yang kita miliki serta menikmati hidup ini, kita akan memiliki kehidupan yang bahagia.

Sebaliknya, jika kita senantiasa berfokus kepada kesialan, cacat, kemalangan, dan cela yang kita atau orang lain miliki, hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup kita, dan berpikir orang selalu mencoba menipu kita atau menjatuhkan kita, sudah dipastikan hidup kita akan penuh dengan drama dan penderitaan.

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu." (Filipi 4:8-9)


AD BANNER

BTemplates.com

Kategori

AD BANNER

Aku Papua

Aku Papua

Izaak S Kijne

Izaak S Kijne

Firman Tuhan


"Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohoni, kamu mengucap syurkur kepada Allah di dalam hatimu"



" KOLOSE 3:16"


Post Top Ad

Your Ad Spot

Sponsor

test
Responsive Ads Here

Pengikut

Popular Posts