Tak ada yang bisa menolak kematian. Saat kematian memasuki ruangan, semua kesenangan hilang. Kebahagian berganti menjadi duka. Awan hitam kegelapan menyelimuti setiap relung jiwa yang ditujunya. Dan sekali lagi tak ada yang bisa menghindarinya.
Rasa rindu menyelimuti hatiku yang sepi ini. Teringat kembali masa-masa kelam saat bersamamu Enago, ada canda-tawa, nangis dan bertengkar. Mengenang sesuatu yang manis bercampur pahit. Biarkan ku simpan dalam memori hidupku. Ya, tujuh hari sudah berlalu kau menghilang dari pandangku untuk selamanya.
Air mata ini seraya aliran sungai yang tak pasti di mana letak ujungnya. Bayanganmu seolah telah melekat pasti di dalam jiwa dan ragaku. Sampai di bawah batas kesadaranku pun aku tak mampu sama sekali untuk melupakanmu.
“wahai Enagoku…”
“apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?”
“hingga kau tega meninggalkan amo sendiri?”
“apa salahku?”
“katakanlah Enago Waee…”
“jika amo salah tegur amo”
“maafkan amo”
“mungkin hati kecilku, yang amat dalam terasa berat dengan perpisahan ini, namun semua rencana sudah terlanjur dan sudah diatur oleh Tuhan”
Sayang aee...!!
Apikopa wae, semoga Tuhan memberikan tempat yang layak disisiNya. Tiada yang kekal di bumi, sampai jumpa di waktunya Tuhan.
Amolee adalah Kalimat yang selalu Enago ucap dan akan ku ingat dan ku ingat selalu.
Koya uwiii...!!!
Noe Enago ðŸ˜ðŸ˜