Kekerasan
negara yang terus dilakukan di Tanah Papua, baik; a)
pembiaran/penyangkalan terhadap tuntutan pemenuhan terhadap Hak
Sosial,Ekonomi, dan Budaya. b) penembakan – penembakan dan penangkapan
di luar prosedur hukum yang di lakukan oleh TNI/Polisi Indonesia,
terhadap Orang Asli Papua yang melakukan aksi damai, telah turut
menyuburkan nasionalisme Papua.
Berangkat
dari fakta terhadap beberapa kasus berikut yang terjadi di Tanah
Papua,terlihat pemerintah Indonesia dan TNI/Polri cenderung
menyederhanakan masalah dengan stingma politik makar agar bisa
diselesaikan dengan pendekatan keamanan, tetapi praktek demikian pada
gilirannya “
 |
Pimpinan Gereja Papua |
MERADIKALISASI” tuntutan PAPUAMERDEKA.
Kasus – kasus berikut ini kami anggap, menghidupkan “TUNTUTAN PAPUA MERDEKA“:
- Pada tanggal 19 Oktober 2011, pasca Kongres Rakyat Papua III, telah
terjadi penembakan dan penangkapan terhadap peserta Kongres Rakyat
Papua III, yang hingga hari ini belum diselesaikan.
- Kekerasan di Paniai Pasca Operasi Militer di Markas TPN/OPM Eduda.
Dimana sejak Operasi oleh TNI/Polisi ini berhasil, hingga hari
ini,GerejaKingmi dan Katholik di Paniai Telah mengeluarkan
empat kali surat keprihatinan kepada Bupati Paniai. Hal ini di
akibatkan karena ,sejak Operasi di umumkan sejak Agustus 2011,sekitar 60
Warga Sipil Orang Asli Papua meninggal di tempat pengungsian. Kayu
yang di tanam warga sebagai upaya Reboisasi di tebang oleh Brimob
akibat ketakutan Brimob terhadap TPN/OPM dan Kedinginan.Pagar – pagar
warga di bongkar untuk kayu bakar oleh Brimob di Pos Penjagaan. Hasil
kebun di curi oleh Brimob karena lapar,tempat mengambil air minum warga
dimatamata air di jadikan WC tempat buang airbesar oleh Brimob.Hingga
hari ini sebagian warga belum ke kebun hingga hari ini, Gereja di
tutup, sekolah di hentikandan hinggahari ini Brimob masih melakukan
Operasi – operasi di tempat tinggal wargadanmelakukan tembakan tembakan
di malam,pagi dan di sore hari. Melihat kondisi umat yang demikian
Gereja mengeluarkan keprihatinan terhadap keberadaan umat, dan
akibatnya Kepolisian Paniai di bawah Pimpinan AKBP Danus Siregar yang
baru di ganti dan di pindahkan ke Sorong memanggil Koordinator Gereja
Kingmi Papua Pdt.Gerad Gobay dan Dekan Dekenat Gereja Katholik Paniai
Marthen Kwayo,Pr pada hari ini tanggal 2 Mei 2012 ke Mapolres Madi.
- Kasus Puncak yang telah berlangsung 11 bulan sampai hari belum di
selesaikan oleh Pemerintah dimana sesuai laporan masyarakat 81 orang
telah terbunuh akibat konflik Pilkada,namun hingga hari ini Pemerintah
terkesan membiarkan kasus tersebut melebar dan berjatuhan korban.
Konflik yang di awali dengan penembakan oleh Seorang Polisi ajudannya
Pihak Elvis Tabuni bernama Yadi kepada Warga juga di biarkan tanpa
Solusi oleh Pemerintah. Dampaknya warga semakin tidak percaya dengan
keberadaan Indonesia di Papua, Apakah sebagai pelindung dan pengayom
masyarakat dan membangun atau tidak. Hal serupa juga terjadi di Kabuten
Tolikara, namun dalam penyelesaiannya hingga saat ini belum jelas siapa
pelanggar hukum yang di tangkap dan di proses hukum.
- Pada tanggal 16 Desember 2011, dalam pertemuan dengan Pimpinan
Gereja di Tanah Papua di Puri Cikeas Bogor,berjanji untuk menghentikan
Operasi Militer di Paniai,namun janji ini tidak di tindak
lanjuti.Kemudian dalam pertemuan yang sama Presiden SBY berjanji untuk
menghentikan sementara UP4B namun kebijakan ini juga cenderung di
paksakan.
- Tanggal 19 April 2012 Brigadir Edy Kurni Menembak seorang warga
bernama Yerry Wakum di Pangkalan Ojek Sorong kota, namun belum
diselesaikan.
- Lalu di susul dengan insiden pada tanggal 2 Mei 2012 di Jayapura
tepatnya di Makam Theys Eluay terjadi penangkapan terhadap 13 orang
Papua dan di bawah ke Polres Kabupaten Jayapura. Hal ini terjadi saat
ke 50 orang yang berada di lapangan Theys Eluay dengan cara damai
menaikan Bendera Bintang Kejora sebagai upayaProtes mereka terhadap
Kebijakan Negara dan Proses Aneksasi Papua kedalam Indonesia yang di
nilai cacat Hukum. Sedangkan dari Merauke dilaporkan sekitar 5 orang
yang membagi selembaran tentang keprihatinan dikejar oleh TNI/Polisi dan
pada tanggal 1 Mei 2012. Terindikasi, pihak Polisi dan TNI melarang
pengusaha untuk memberikan kendaraan truck peserta yang melakukan aksi
damai di sana.
Berdasarkan berbagai realita demikian dan tuntutan damai yang terjadi di seantero tanah Papua, seperti ;
- Pengibaran Bendera Bintang Kejora Di Timika Tanggal 1 Desember 2011
dalam suasana represi militer dan di depan Wakapolda Papua Drs. Paulus
Waterpauw.
- Tanggal 20 April 2012 di Serui atau pada beberapa waktu lalu Orang
Asli Papua di sana menaikan sekitar 50 bendera buah bintang kejora
sebagai protes terhadap keberadaan Indonesia di Papua.
- Tanggal 13 April 2012 di Manokwari Mahasiswa UNIPA ( Universitas
Negeri Papua) mengusir Bambang Darmono yaitu Ketua UP4B, Peserta dan
Panitia yang mensosialisasikan kebijakan tersebut, serta beberapa kasus
lainnya.
Kami Mendesak Pemerintah Indonesia
untuk segera Menghentikan Kekerasan , dan membuka diri berdialog dengan
Rakyat Papua dengan melibatkan pihak ke tiga yang lebih netral sambil
mempraktekan thema “ DAMAI DAN KASIH ITU INDAH “ yang di pasang di
kompleks dan gedung – gedung TNI/Polri
FORUM KERJA GEREJA PAPUA
Pdt. Dr.Benny Giay (Ketua Sinode Gereja Kingmi di Tanah Papua)
Pdt.Socratez Sofyan Yoman,MA. (Ketua Umum Persekutuan Gereja – gereja Baptis di Tanah Papua)
Pdt.Jemima J Krey (Wakil Ketua Sinode Gereja Kristen Injili di Tanah Papua)
|
0 comments:
Posting Komentar