Minggu, 30 Oktober 2022
11.04
Bung Amoghy
Berita
No comments
Sabtu, 15 Oktober 2022
Di puncak ketenaran dan kesuksesannya, dengan karya drama The Importance of Being Earnest (1895) yang masih dimainkan di London, Oscaar dituduh dan dimasukkan penjara selama dua tahun atas kasus keterlibatan pencemaran nama baik dan ketidaksenonohan. Di penjara ia menulis De Profundis (ditulis pada tahun 1897 dan diterbitkan pada tahun 1905), sebuah surat panjang yang membahas perjalanan spiritualnya sebagai tahanan.
Setelah Oscar dibebaskan, ia meninggalkan Prancis segera, tidak pernah kembali ke Irlandia atau Inggris. Di sana ia menulis karya terakhirnya, The Ballad of Reading Gaol (1898), sebuah puisi panjang memperingati irama keras kehidupan penjara.
Oscar pernah mengatakan sebuah kalimat yang sangat baik untuk kita renungkan. Ia berkata, "Cara terbaik untuk menghargai pekerjaan kita adalah dengan membayangkan bagaimana diri kita tanpa pekerjaan itu."
Pernyataan ini sesungguhnya masih sangat relevan hingga hari ini. Bukankah sering sekali kita melihat orang-orang yang tadinya bersungut-sungut dalam pekerjaannya, tetapi ketika mereka keluar dari sana mereka lalu menyesal?
Mengharapkan sesuatu yang lebih baik adalah wajar, tetapi kemudian kita lupa mensyukuri apa yang ada. Kita lupa bahwa hidup ini adalah anugerah, dan apa yang kita miliki saat ini itu pun anegerah yang indah dari Allah. Kenapa begitu sulitnya kita mensyukuri apa yang ada saat ini?
Tuhan tetap menyertai kita dalam segala hal. Tidak ada yang harus kita takutkan. Yang harus kita lakukan adalah tetap mengucap syukur dalam segala keadaan yang kita alami. Daripada mengeluh, lebih baik jika kita mulai menghargai apa pun yang ada pada kita saat ini, termasuk pekerjaan kita. Bersungguh sungguhlah di dalamnya, lalu lihat bagaimana Tuhan mampu melipatgandakan semua itu.
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18)
Kamis, 28 April 2022
02.51
Bung Amoghy
Curhat
No comments
Tak ada yang bisa menolak kematian. Saat kematian memasuki ruangan, semua kesenangan hilang. Kebahagian berganti menjadi duka. Awan hitam kegelapan menyelimuti setiap relung jiwa yang ditujunya. Dan sekali lagi tak ada yang bisa menghindarinya.
Rasa rindu menyelimuti hatiku yang sepi ini. Teringat kembali masa-masa kelam saat bersamamu Enago, ada canda-tawa, nangis dan bertengkar. Mengenang sesuatu yang manis bercampur pahit. Biarkan ku simpan dalam memori hidupku. Ya, tujuh hari sudah berlalu kau menghilang dari pandangku untuk selamanya.
Air mata ini seraya aliran sungai yang tak pasti di mana letak ujungnya. Bayanganmu seolah telah melekat pasti di dalam jiwa dan ragaku. Sampai di bawah batas kesadaranku pun aku tak mampu sama sekali untuk melupakanmu.
“wahai Enagoku…”
“apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?”
“hingga kau tega meninggalkan amo sendiri?”
“apa salahku?”
“katakanlah Enago Waee…”
“jika amo salah tegur amo”
“maafkan amo”
“mungkin hati kecilku, yang amat dalam terasa berat dengan perpisahan ini, namun semua rencana sudah terlanjur dan sudah diatur oleh Tuhan”
Sayang aee...!!
Apikopa wae, semoga Tuhan memberikan tempat yang layak disisiNya. Tiada yang kekal di bumi, sampai jumpa di waktunya Tuhan.
Amolee adalah Kalimat yang selalu Enago ucap dan akan ku ingat dan ku ingat selalu.
Koya uwiii...!!!
Noe Enago 😭😭
Minggu, 17 April 2022
19.34
Bung Amoghy
cerpen
No comments
Si Dodi di tempat keramat.
Aku Dodii...!!!
Apapun impiku akan aku impikan.
Berjalan dng waktu. Ekonomi keluargaku semakin merosot, dan terfikir dibenakku, sebuah GOA tempat pertapaan yang banyak HANTU.
Singkat cerita...!!
Setiba di GOA tersebut, pertapaan pun di mulai. Tidak seberapa lama kemudian penghuni goa pun keluar dan menemui aku.
Kami pun berbincang.
Hantu: "Apa yang, bisa ku bantu?"
Dodii: "Aku kesini, untuk mencari kekayaan."
Hantu: "Aku, akan memberikan apapun yang kamu minta.
Asalkan kamu mau turuti kemauanku. (Syarat 2)
Dodii: "aku akan turuti kemauamu?"
Hantu: "Ini yang ku maksudkan." (tumbal).
Dodii: iya.
Dodii pun bergegas pergi dari tempat pertapaannya. Untuk mencari tumbal. Ia pun melewati Jurang terjang, Gunung-gunung, lembah-lembah serta Lautan pun ia sebrangi.
Di benaknya Dodii, Hanyalah TUMBAL (KADO) yang diminta dari si penjaga GOA.
Setiba di kota ia mengatur strategi untuk membunuh KORBAN yang tak BERSALAH, untuk di jadikan tumbal.
Sekian....!!!
#GoaHantuPuSETANmasukKOTA?
#KoBawaDatangUntukTongJadiTumbal?
#KoDatangUntukHABISKANkitaKha?
Kamis, 17 Maret 2022
15.57
Bung Amoghy
Berita
No comments
Pemerintah dengan tegas menolak pemekaran wilayah, pemerintah juga menjelaskan beberapa alasan.
Moratorium pemekaran DOB itu dilakukan karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dihasilkan oleh DOB masih rendah. Selain itu, kemampuan keuangan negara belum memungkinkan untuk menopang seluruh operasional yang dilakukan oleh DOB.
Alasan lainnya, kondisi fiskal nasional sedang difokuskan untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Keuangan negara juga belum memungkinkan, terutama karena masih diperlukannya pembiayaan prioritas-prioritas pembangunan nasional yang bersifat strategis seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sumber daya manusia.
Sayangnya disisi lain, ada kebijakan kekhususan yang mendorong pemekaran wilayah Papua dengan empat RUU Papua Barat Daya, Papua Pegunungan Tengah, Papua Tengah, Papua Selatan.
#ToloDOB | #TolokOTSUS | #BakuTIPU
Minggu, 06 Maret 2022
22.56
Bung Amoghy
Artikel
No comments
21.02
Bung Amoghy
Artikel
No comments
Persoalan Papua itu kompleks, rumit dan sulit, serta berat dan tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan pemekaran, moncong senjata dan kesejahteraan. Kompleksitas, Kerumitan, dan kesulitan ini bisa dicari solusi yang bermartabat dan adil serta damai, kalau kita semua mengerti 13 akar persoalan Papua, yaitu : Rasisme, fasisme, kolonialisme, militerisme, imperialisme, kapitalisme, ketidakadilan, pelanggaran HAM, genosida, ekosida, marginalisasi, diskriminasi, status politik/sejarah penggabungan Papua ke wilayah Indonesia.
Penyelesaian 13 akar soal ini harus inklusif,yaitu PBB, Amerika, Belanda, Indonesia dan Papua duduk bersama-sama. Karena, rakyat Papua korban karena konspirasi politik demi kepentingan sumber daya alam di Papua.
Jadi, Negara tidak boleh bersembunyi dibalik mitos-mitos, stigma dan label: OPM, KKB, Separatis, Makar, Teroris."
(Gembala Dr. A.G.Socratez Yoman,MA). Ita Wakhu Purom, Minggu, 6 Maret 2022.
Selasa, 01 Maret 2022
13.53
Bung Amoghy
Wamena
No comments
Noken merupakan warisan suku-suku yang termasuk ras Melanesia yang ada di tanah Papua. Setiap suku di Papua memberi nama sendiri untuk tas multifungsi ini ke dalam bahasa daerah masing-masing. Masyarakat Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya menyebut Noken dalam bahasa daerah adalah Su..
Layaknya wanita didunia yang menyukai tas, tak terkecuali Wanita di Wamena. Para Wanita di wamena merasa tidak lengkap kalau tidak menggunakan noken atau su, pada saat mereka melaksanakan acara- acara adat dan pesta pesta adat dan juga acara pernikahan wanita , bahkan kemanapun mereka pergi harus menggantungkan noken dikepala, karena jika mereka tidak menggunakan noken merasa tidak lengkap. Inilah yang membuat wanita di wamena sangat identik dengan Noken atau Su,
Noken atau Tas tradisonal ini memiliki banyak manfaat bagi masyarakat Jayawijaya dan pegunungan tengah Papua, antara lain membawa hasil kebun, kayu api, atau ternak yang dipanen dari kebun untuk dijual di pasar atau sebaliknya. Pelajar dan mahasiswa juga banyak yang menggunakan Noken, berukuran kecil, untuk membawa buku dan alat tulis. Bahkan di era sekarang di Wilayah Pegunungan Papua, Noken menggantikan peran kotak suara pada pemilihan Umum.
Dari semua manfat Su tersebut yang paling penting bagi masyarakat Lembah Baliem Wamena adalah Su yang juga memiliki nilai budaya yang masih sangat tinggi dan melekat di wamena. Pada pesta adat tertentu Suh berperan penting sebagai alat barter atas sumbangan ternak babi yang diberikan keluarga pada pesta adat tersebut.
Nilai budaya lainnya dari Su atau Noken yang hingga saat ini masi berlaku bagi masyarakat Lembah Baliem Wamena adalah saat seorang bayi yang baru dilahirkan. Bagi masyarakat pribumi Wamena wajib hukumnya kalo seorang bayi dilahirkan keluarga dari sang ayah dan ibu si bayi tersebut harus menyambut bayi itu dengan Suh atau Noken. Mereka bahkan suda mulai merajut Su semenjak bayinya masih dalam kandungan si Ibu. Masyarakat wamena akan dianggap tidak tau malu dan tidak tau adat jike menjenguk bayi tanpa membekali hadiah sebuah noken. Ini sebuah tradisi yang suda ditanamkan sejak moyang yang artinya seorang bayi yang baru lahir dengan polos dan tanpa busana ini harus di bungkus dalam Noken, sebagai tempat tidur, dan untuk digendong oleh sang ibu saat beraktifitas. Ketika masyarakat mendengar kabar jika keluarganya yang sedang hamil telah melahirkan, mereka akan menjenguk sambil membawa Suh atau Noken yang telah disiapkan sebelumnya.
Su yang disumbang kelurga ini jumlahnya bisa mencapai 50 hingga 100 Noken bahkan lebih tergantung jumlah keluarga sang ayah dan ibu dari bayi baru lahir tersebut.
Lalu apa yang akan dilakukan setelah noken-noken ini terkumpul? tentu akan digunakan untuk mengisi bayi . Tapi sebelumnya sebagian dari Su ini akan diserahkan kepada keluarga bapak dari sang bayi yang oleh masyarakat wamena menyebutnya su korok. Korok (melepaskan dari gantungan) artinya melepas noken dari gantungan dan menyerahkan kepada keluarga sang aya dari si bayi, sebagai bentuk melepaskan beban. Korok harus diserahkan kepada keluarga ayah bayi baru lahir tersebut tidak meneruskan marga atau fam kelurga Wanita melainkan keluarga laiki-laki sehingga Korok harus diserahkan kepada pihak laki-laki. Setelah sebagaian dari noken atau suh tersebut dibagi sebagai Korok kepada keluarga Selebihnya su yang telah disumbang keluarga digunakan sebagai tempat untuk mengisi atau menggendong bayi.
Tradisi mengisi bayi kedalam noken atau suh tidak serta merta mengisi bayi tersebut kedalam noken tapi disini ada juga aturannya tersendiri.
Su yang terkumpul tersebut selanjutnya akan dibagi menjadi 3 bagian untuk mengiisi bayi, masing-masing “Aleka, A Su” (tempat isi bayi), “salek” Penutup Lapisan ke dua dan “Asu Lakulik” atau penutup paling luar. Ketiga lapisan ini masing-masing akan disisipkan 4 lembar Su.
4 noken Pada lapisan pertama atau yang disebut dengan Aleka Su / Asu akan disatuhkan dan diikat sebagai tempat untuk mengisi bayi. sebelum mengisi bayi pada bagian ini, dahulu sebelum adanya pemerintah akan disi daun pisang dan beberapa daun lain sebagai alas. Namun dierah saat ini, lapisan ini akan dimasukan kain dan bantal menggantikan daun pisang tersebut.
Sementara 4 Noken lainnya dilapisan ke 2 yang disebut Salek sama halnya dengan Aleka Su, bagian ini juga akan diikat jadi satu, tapi salek tidak bisa mengisi bayi, karena 4 lembar noken tadi bukan disatukan layaknya 4 Su Pertama melankan disusun.
Selanjutnya Lapisan paling luar adalah Suh Lakulik. Bagian ini yang biasanya harus pilih Su atau noken yang warnanya menarik, bagian paling luar ini tidak bisa dipasang sembarang noken. Biasanya akan dipilih oleh para ibuh yang suda cukup berpengalaman untuk menentukan warna maupun kualitas dari noken tersebut,
Setelah dipilih empat Noken, sama halnya lapisan pertama dan ke-2, Lapisan ini juga akan diikat jadi satu. Tapi cara mengikatnya tidak seperti lapisan-lapisan sebelumnya. Caranya setiap pegangan dari ke-4 noken tersebut akan dililit jadi satu sampe tidak kelihat bagian pangkal bawa sehingga orang awam akan sulit membedahkan bagian pangkal dan ujung atau pegangan dari Noken tersebut.
Dalam penggunaannya lapisan ini sewaktu-waktu bisa dirubah –penampilan luarnya. Dalam hal ini dari 4 noken pada lapisan ke-3 tersebut sang ibu dari si bayi sewaktu- waktu bisa gonta-ganti noken dengan warna yang berbeda setiap saat jika ingin menggantinya.
Setelah semua tahapan ini dilalui, selanjutnya si bayi baru lahir akan di sisi kedalam Su Noken sebagai tempat tidur tetapi juga sebagai tempat gendong saat sang ibuhnya beraktivitas. Cara menggendongnya bukan di lengan sebagaimana penggunaan tas modern melainkan di kepala. Dari kepala posisi noken menggantung ke bagian belakang dan posisi bayi persisi di bagian Punggung ibu.
Meski saat ini masyarakat tidak lagi merajut Noken dari bahan alami (kulit beberapa jenis kayu) melainkan noken yang dirajut dari benang modern tapi Tradisi ini masih berlaku bagi masyarakat Bribumi Lembah baliem - Wamena. Keluarga akan mara jika seorang ibu yang menggendong anaknya tidak dengan Noken/ Su. Naik Motor pun mama di Wamena tetap menggantung Su yang berisi bayi di kepala menggantung ke bagian punggung (Ronny Hisage)
Minggu, 27 Februari 2022
12.42
Bung Amoghy
West Papua
No comments
Mengenang Sosok Kelly Kualik (KK)

Pada Rabu 16 Desember 2009 dinihari sebelum pukul 3.00 Panglima TPN/OPM Kodap III Nemangkawi (Mimika) Kelly Kwalik (KK) mungkin sedang tidur pulas. Ia berada di sebuah rumah di kawasan yang disebut Gorong-gorong di pinggiran Timika. Kehadirannya tampaknya sudah tercium oleh polisi. Densus 88 menyerbu rumah tersebut dan menembak mati KK yang sudah dicari oleh aparat sejak puluhan tahun lalu. Lima orang yang bersamanya ditahan di Mako Brimob Timika.
Jenazahnya diotopsi di Jayapura dan disemayamkan di depan kantor DPRD Mimika pada 19 Januari 2009. Peti jenazah diselimuti bendera Bintang Kejora. ribuan massa asal pegunungan, terutama Amungme, menyambutnya dengan perhatian dan mendalam yang mendalam. Di mata orang Papua, KK adalah pejuang OPM murni. Dia menjadi simbol perlawanan Papua yang liat, keras kepala, partikularistik, dan tak-ada-matinya meskipun berhadapan dengan letupan senjata selama umur konflik Papua sejak 1960an. Seorang Amungme mengatakan, “Masih akan banyak lagi Kwalik-Kwalik baru yang muncul...”
Media umumnya menggambarkan KK sebagai pemimpin OPM yang bertanggung jawab atas rentetan kekerasan di Mimika, terutama pada kasus penembakan di areal Freeport mile 62-63 pada 2002 dan pada kasus rentetan penembakan pada Juli 2009 yang baru lalu. Saya sendiri ragu apakah KK terlibat langsung pada kedua peristiwa tersebut. Kapolda Papua sebelumnya secara eksplisit mengatakan bahwa OPM khususnya kelompok KK tidak terlibat pada kasus yang terakhir. Video klip yang diputar oleh pihak Kodam XVII Trikora yang berisi pernyataan KK dilupakan stock shot tahun 2006.
KK tumbuh sebagai seorang Amungme yang dididik oleh pendidikan Katolik di Agimuga. Tempat ini merupakan pemukiman baru Amungme yang eksodus dari dataran tinggi di sekitar areal Freeport semacam Tsinga, Hoea, dan Noema pada sekitar 1958. Dari sini, KK sekolah dan tamat SPG di Jayapura pada paruh kedua 1970an. Ketika gejolak politik 1977 meletus, KK baru bergabung dan berada di bawah komando pemimpin OPM Boni “Nayan” Niwilinggame. Sejak itu KK tumbuh menjadi gerilyawan Amungme terkemuka.

Sejak Konggres Papua II 2000 di Jayapura, perjuangan Papua merdeka akan diputuskan dengan jalan damai atau dengan kata lain dialog. Rumor berkembang bahwa kelompok-kelompok OPM di hutan, termasuk KK, mendukung jalan damai dan tidak akan lagi menggunakan kekerasan. Pada tahun-tahun berikutnya, kekerasan akut di Papua ternyata tidak berhenti. Pelakunya biasanya adalah kelompok yang tak dikenal. Pihak negara, terutama cenderung cenderung menuduh OPM sebagai pelaku. Sebaliknya, pihak masyarakat Papua, terutama yang kritis terhadap pemerintah, mencurigai bahwa pelakunya adalah dari kalangan militer Indonesia. Tidak ada yang dapat dipastikan kecuali bahwa kekerasan tetap direproduksi. Seperti suatu siklus...

Beberapa bagian dominan dari Republik kita masih percaya bahwa represi dan kekerasan negara dapat menyelesaikan konflik Papua atau setidaknya membuat orang Papua berhenti melawan negara. Buktinya selama 40 tahun terakhir paradigma ini terbukti gagal tanpa syarat. Kita Indonesia-termasuk-Papua dipaksa dan dijebak ke dalam siklus kekerasan di antara kita sendiri. Sejarah tak hentinya mencatat lembaran hitam Arnold Ap, Thomas Wanggai, Theys Eluay, Opinus Tabuni, dan banyak lagi. Kini kita tambah lagi dengan KK.
Kita akan menghargai sejarah yang membuat perih dan berat, sarat dengan kebencian dan kebencian. Memoria Passionis...
Foto 1: Kelly berpidato pada 8/5/1996 di Mapnduma (Daniel Start, 1997)
Foto 2: Berdiri: Silas, KK, dan dua kawannya. Jongkok: Murip dan Yudas. (Ibid)
Foto 3: Salah seorang prajurit Kodap III OPM Menangkawi (Mimika)(Ibid)
Selasa, 25 Januari 2022
10.07
Bung Amoghy
Rohani
No comments
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Ibrani 11:1
Sebagai umat Kristen kita diminta untuk dapat melihat segala sesuatu dengan “kacamata” Allah. Dengan melihat segalanya dari sudut pandang Tuhan, maka kita dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam hidup kita. Tidak ada segala sesuatu yang terjadi tanpa seijin Tuhan. Dan tidak ada sesuatu terjadi hanya kebetulan saja. Tuhan selalu punya rencana dalam setiap hal yang kita alami. Dan Dia selalu menyediakan yang terbaik bagi hidup kita.
Tetapi tidak demikian yang terjadi dalam banyak kehidupan umat Kristen. Banyak yang selalu protes akan apa yang sedang mereka alami. Timbul berbagai pertanyaan mengapa hal ini terjadi, mengapa hal itu terjadi, mengapa Tuhan ijinkan semuanya dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul ketika segalanya tidak berjalan seperti yang kita harapkan.
Dalam keadaan seperti ini kita seakan hanya dapat melihat ada tembok besar yang menghalangi langkah hidup kita. Tidak ada jalan keluar lagi dan segalanya sudah menjadi berantakan. Kita tidak mengerti bahwa sebenarnya ada berkat yang Tuhan sediakan di balik tembok tersebut. Kita harus mengalami terobosan agar dapat meraih berkat yang telah tersedia.
Lalu bagaimana kita dapat mengalami terobosan dan melihat bahwa Tuhan telah menyediakan yang terbaik bagi hidup kita?
1. Melihat Dengan Mata Iman
“Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.” Ibrani 11:11
Abraham sadar bahwa secara fisik dia dan istrinya sudah tidak mungkin lagi memiliki anak, karena sudah lanjut usia. Tetapi dia belajar melihat dengan mata imannya bahwa Tuhan sanggup menggenapi apa yang telah dijanjikanNya. Dan Tuhan tidak lalai menepati janjiNya kepada Abraham untuk memberikan seorang anak.
Abraham mengandalkan imannya untuk melihat apa yang Tuhan sediakan jauh di depannya, sehingga ia memperoleh apa yang telah dijanjikan kepadanya.
2. Bangkit Dari Keterpurukan
“Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.” 1 Raja-raja 19:8
Setelah mengalahkan empat ratus lima puluh orang nabi-nabi baal, Nabi Elia mendapatkan ancaman oleh Izebel. Izebel sangat marah atas perbuatan Elia dan ingin membalasnya. Elia menjadi sangat ketakutan dan kabur ke padang gurun. Di sana ia merasa putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Tetapi Tuhan mengirimkan malaikatNya untuk menolong dia. Tuhan menyampaikan pesanNya agar Elia bangun dan bangkit dari keterpurukannya. Dia menyelesaikan tugas-tugas besar yang Tuhan sediakan baginya. Dia tidak mau terintimidasi dengan ancaman tersebut.
Menyadari apa yang Tuhan sediakan di balik setiap masalah yang kita alami tidaklah cukup. Kita harus bangkit dari keterpurukan. Kita harus bangkit dari kesedihan, kekecewaan, sakit hati dan keputus-asaan yang kita alami.
Lepaskan dan tinggalkan segala perasaan tersebut, bangun dan bangkit untuk meraih berkat yang Tuhan sediakan bagi kita. Ada perkara besar yang telah Tuhan sediakan bagi kita yang mau bangkit.
3. Raih Janji Tuhan Dengan Iman
“dan berkata kepada segenap umat Israel: “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” Bilangan 14:7-8
Ketika Bangsa Israel akan memasuki Tanah Perjanjian, mereka mengirim dua belas orang pengintai untuk melihat keadaan di sana. Setelah mengintai, sepuluh orang mengatakan bahwa negeri tersebut diduduki oleh para raksasa, dan tidak mungkin dapat dikalahkan (Bilangan 13:32-33). Hanya dua orang pengintai, yaitu Yosua dan Kaleb, yang tetap berkeyakinan bahwa Tuhan pasti akan membawa mereka masuk ke Tanah Perjanjian dan merebutnya dari tangan musuh.
Tuhan telah menyediakan berkatNya bagi kita. Walau demikian ada rintangan-rintangan yang memang harus kita lalui. Tidak sedikit dari rintangan tersebut yang membawa kita kepada duka. Tetapi Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita.
Bangsa Israel dibawa berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun bukanlah tanpa maksud. Tuhan mengajar banyak hal kepada Bangsa Israel. Demikian pula dengan kehidupan kita. Tuhan sedang mengajar kita dalam berbagai masalah yang kita hadapi. Tuhan ingin agar kita dapat terus melihat janjiNya dan percaya bahwa Dia akan memberikannya kepada kita. Dan Tuhan ingin agar kita pergi meraih janji yang telah disediakan tersebut.
Jangan takut akan berbagai rintangan yang ada. Percayalah bahwa tangan Tuhan akan menuntun kita kepada kemenangan. Yakinlah bahwa Tuhan selalu menolong kita. Lihat janji Tuhan dengan mata iman, bangkit dari keterpurukan dan raih janji Tuhan dengan iman. Haleluya!
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8:28
Sumber: https://www.pelitahidup.com/2013/11/12/terobosan-iman-meraih-janji-tuhan/